Oleh: Risaluddin Syam
“Barangsiapa yang menginginkan
dunia, maka hendaknya menuntut ilmu dan barangsiapa yang menginginkan akhirat,
maka hendaknya ia menuntut ilmu”
(Imam Asy-Syafi’i)
Pembaca yang budiman, ilmu yang kita pelajari
di kampus ini mungkin akan menjadi sebab kebahagiaan kita di dunia ini. Masing-masing kita, masuk ke fakultas/jurusan
yang kita anggap sesuai dengan bakat dan potensi kita dan kita berharap agar
kelak seusai menamatkan kuliah, kita akan mendapatkan pekerjaan yang baik dengan
penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan kita, baik kebutuhan primer, sekunder
maupun kebutuhan tersier.
Para pembaca rahimakumullah, namun begitu, tidak semua kita akan berhasil
menggapai mimpinya untuk bisa menyelesaikan pendidikannya. Banyak di antara teman-teman kita yang harus
kandas di tengah jalan. Mereka akhirnya
berhenti kuliah, dengan berbagai sebab.
Lalu, apakah dengan hal itu, kita bisa men-judge mereka yang berhenti kuliah/putus sekolah sebagai orang-orang
yang gagal? Tentu tidak. Banyak contoh orang-orang yang pendidikannya
kandas namun mampu meraih sukses (di dunia).
Momen kegagalan di satu sisi mereka jadikan batu loncatan untuk bangkit
dan meraih kesuksesan dari sisi yang lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya,
yang maknanya, “Kaliah lebih tahu tentang
urusan dunia kalian”. Artinya, untuk perkara dunia, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
kesempatan selebar-lebarnya kepada kita untuk mempelajari segala sesuatu yang
bisa mendatangkan kemaslahatan(kemanfaatan), selama tidak bertabrakan dengan
aturan-aturan yang Allah dan rasul-Nya telah tetapkan. Oleh karenanya, untuk mendapatkan kebahagiaan
di dunia, silakan pelajari ilmu apa saja yang bisa mendatangkan manfaat buat
dunia kita.
.: Ilmu Agama Lebih Utama untuk Dipelajari :.
Belajar ilmu
umum/ilmu dunia saja tidak cukup.
Mungkin dengan menguasai ilmu umum berupa sains, teknologi, ilmu sosial,
ilmu ekonomi atau yang lainnya akan membuat kita bisa meraih kebahagiaan dalam
kehidupan dunia. Namun perlu kita ingat,
bahwa masa yang Allah berikan kita untuk berada di dunia ini sangat singkat dan
terbatas. Sementara akhirat, adalah
negeri keabadian, selama-lamanya.
Lantas, cukupkah dengan bekal ilmu umum yang kita pelajari di kampus ini
untuk bisa menjadikan kita bahagia di akhirat sebagaimana kita telah berbahagia
di dunia dengannya?
Para pembaca yang
budiman, tugas untuk mempelajari ilmu agama bukan hanya bagi mereka yang
belajar di pesantren-pesantren, madrasah-madrasah atau kampus-kampus
islam. Mempelajari ilmu agama adalah
tugas kita semua sebagai umat islam.
Kita mungkin masih ingat pelajaran kita sewaktu di sekolah dulu, tentang
tiga pertanyaan malaikat yang akan diajukan saat seorang manusia baru
dikuburkan. Siapa Rabb(tuhan)mu? Apa agamamu? Dan Siapa Nabimu? Apakah pertanyaan ini hanya akan ditujukan
malaikat kepada mereka yang alumni pesantren atau alumni universitas islam dan
tidak akan ditanyakan kepada kita yang notabene berasal dari kampus umum?
Jawabannya sudah jelas, kita semua-tanpa terkecuali- akan ditanyai. Jika tidak mampu menjawab, betapa pedih siksa
yang akan menimpa. Namun jika mampu
menjawab dengan baik maka kelapangan dan kebahagiaan yang akan dijumpai. Kita pun mungkin masih ingat bahwa bukan
sekedar lisan yang membuat kita mampu menjawab, namun amalan-amalan shalih kita
ketika hidup di dunia yang akan membantu kita dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan malaikat tersebut.
Namun bagaimana mungkin kita akan beramal shalih jika tanpa ilmu? Maka belajar ilmu agama adalah hal mutlak
bagi setiap muslim. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah, shohih)
.: Orang yang memiliki ilmu agama akan dimuliakan Allah :.
Allah ‘azza wa jalla menyebutkan dalam
Al-Qur’an surah al-Mujadalah(58) ayat ke-11 tentang kemuliaan orang yang
berilmu, yang artinya,
“Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu di antara
kalian dengan beberapa derajat”.
Ayat ini banyak
digunakan oleh para pengajar/guru untuk memotivasi dirinya atau siswanya agar
semangat menuntut ilmu yang dia ajarkan.
Padahal boleh jadi yang dia ajarkan bukan ilmu agama, tapi ilmu umum
semisal matematika, bahasa inggris atau IPA.
Ini tentu kurang tepat, sebab makna “al-ilmu” yang dimaksud adalah ilmu
agama, sebagaimana yang dijelaskan Imam
Ibnu Hajar al-Atsqolaniy rahimahullah dalam
Fathul Bari’.
Sehingga sudah
jelas bagi kita, bahwa orang yang menuntut ilmu agama akan dimuliakan oleh
Allah dan ditinggikan derajatnya.
Bagaimana perasaan kita jika Pak Presiden memuliakan kita? Betapa
bangganya kita. Lalu, bagaimana perasaan
kita jika Rabb(Tuhan)nya presiden yang memuliakan kita? Dialah yang mampu memberi kita keselamatan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
.: Beda Buruan Anjing Terlatih dan Anjing Liar :.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Jika engkau ingin melepas anjing (pemburu yang telah dilatih), maka
ucapkanlah ‘bismillah’. Jika ia menangkap sesuatu untukmu, lalu engkau
mendapati hasil buruan tersebut dalam keadaan hidup, maka sembelihlah. Jika
engkau mendapati hasil buruan tersebut dibunuh oleh anjing buruan itu dan ia
tidak memakannya, maka makanlah hasil buruan tersebut. Jika engkau mendapati
anjingmu bersama anjing lain dan hewan buruan tersebut sudah ia bunuh, maka
janganlah memakannya karena engkau tidaklah tahu siapa yang membunuh hewan
buruan tersebut.(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas memiliki faidah yang sangat banyak. Salah satunya adalah bagaimana Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam membedakan hasil buruan antara anjing yang telah diajari
‘ilmu berburu’ dan anjing liar. Hasil
buruan anjing yang telah dilatih berburu hukumnya halal untuk dimakan sedangkan
buruan anjing liar dihukumi bangkai (berarti haram dimakan). Ini berarti, kedudukan anjing yang telah
dilatih (diajari ‘ilmu berburu’) lebih baik daripada anjing yang tak
terlatih(anjing liar), meskipun sama-sama anjing. Perhatikan bagaimana ilmu telah mengangkat
kedudukan satu anjing dibanding anjing yang lain.
Bagaimana lagi dengan manusia, tentunya yang berilmu lebih mulia di
sisi Allah dibanding yang tidak berilmu.
.: Ilmu yang Paling Penting dan
Mendesak :.
Ilmu yang paling
penting dan mendesak untuk dipelajari saat ini bagi kita yang baru ingin serius
mempelajari agama adalah ilmu tauhid (mengesakan Allah). Dan juga mengetahui lawan dari tauhid, yaitu
syirik (menyekutukan Allah).
Betapa banyak
kaum muslim hari ini yang pada kartu identitasnya tertera agamanya islam namun
masih melakukan hal-hal yang melanggar tauhid dan mengarah kepada kesyirikan.
Pembaca yang budiman,
begitu banyak peringatan baik dalam Al-Quran maupun hadits-hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik. Tauhid yang benar akan menjadi sebab
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sedangkan syirik adalah dosa terbesar, bisa merusak bahkan membatalkan
pahala amal-amal, dan juga mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka.
Jika ada
seseorang yang lisannya berdzikir tiap saat, puasa tiap hari, sedekah milyaran
tiap bulan, bahkan naik haji tiap tahun, sementara di sisi lain ia juga
melakukan perbuatan kesyirikan, maka semua amalan-amalan kebaikan tersebut akan
sia-sia, terhapus, batal, dan tidak ada nilainya di sisi. Allah ta’ala berfirman:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu berbuat syirik (mempersekutukan Allah), niscaya akan terhapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
sebelummu. "Jika kamu berbuat syirik (mempersekutukan Allah), niscaya akan terhapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
(QS:Az-Zumar Ayat: 65)
Duh, betapa
bahayanya syirik.
.: Mari Belajar Ilmu Agama :.
Oleh karena itu,
tidak akan mungkin kita bisa membedakan dengan benar antara tauhid dan syirik
kecuali dengan belajar ilmu agama. Mari
kita semangat dalam belajar agama islam dari para dai/ustadz yang jelas
keilmuannya, sebisa mungkin kita menghadiri pengajian, atau belajar melalui
media radio dan televisi, membaca buku atau mendengar rekaman kajian. Jangan lelah dalam belajar agama islam. Masih ingatkah kita dengan kata bijak? “Tuntutlah
ilmu dari buaian sampai liang lahat”. Semoga
dengan mempelajari agama ini, Allah berkenan memberikan kepada kita kebahagiaan
yang kita damba-dambakan, di dunia dan akhirat.
Inilah sedikit
goresan dari penulis sebagai bentuk nasihah kepada kaum muslimin, semua
yang benar datangnya dari Allah, dan atas kekeliruan yang ada kami beristighfar
kepada Allah rabbul jalaali wal ‘izzah.
Penulis:
Alumni LDK FSIRI UNM
0 komentar:
Posting Komentar