Hari/Tanggal Hijriah : Sabtu, 14 Dzulqo’dah 1436
Tanggal Masehi : 29/8/2015
Kitab :
Bahjah Qulubil Abrar
Hadits ke-21 : 10 Fitrah Manusia
Pemateri : Syaikh Abu Utsman Kamal an-Najjar al-Yamani
Pada hadits
ini Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam mengabarkan bahwa ada 10 hal yang termasuk fitrah. Makna fitrah adalah khilqah (ciptaan) yang manusia diciptakan di atasnya, dan manusia
diberi bentuk dengan hal-hal itu.
Fitrah,
sebagaimana yang dikatakan para ulama, terbagi menjadi dua yaitu:
1. Fitrah yang berkaitan dengan hati, yaitu bahwa manusia dibentuk di
atasnya, misalnya fitrah tauhid, fitrah mencintai kebaikan, membenci keburukan, membenci kekejian, yang pada intinya fitrah
manusia berkisar pada hal-hal ini. Akan
tetapi boleh jadi fitrah itu berubah yang disebabkan oleh kedua orang tuanya, atau
masyarakatnya atau sekolahnya. Namun jika fitrahnya masih lurus, maka fitrah
itu akan mencintai tauhid dan membenci kesyirikan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap
anak yang terlahir, ia terlahir dalam keadaan fitrah, akan tetapi kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi”
2. Fitrah yang berkaitan dengan badan di antaranya keindahan dan
kebersihan. Berkaitan dengan fitrah ini,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan sepuluh hal, yaitu:
Pertama; Mencukur kumis
Kumis yaitu rambut yang
tumbuh di atas bibir atas. Maka termasuk
fitrah, yaitu mencukurnya. Mengapa? Karena jika kumis tersebut panjang, maka akan
menyebabkan makanan menempel di kumis sehingga akan membuat makanan itu
mubazzir. Selain itu, kumis yang panjang
tidak baik dipandang dan tidak indah
Kedua; Memelihara Jenggot
Memelihara bisa berarti –dalam bahasa Arab- I’faa, irkhaa, intinya membiarkan
jenggot tumbuh, maka ini bagian dari fitrah yang manusia Subhanahu wa ta’ala
fitrahkan dengannya.
Dan ini merupakan sunnah(jalan hidup) dari sekian banyak sunnah para nabi dan
rasul. Semua nabi dan rasul itu
berjenggot, sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Musa, tatkala Nabi Harun berkata kepadanya, ”Janganlah engkau memegang jenggotku dan kepalaku”. Demikian pula Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau memiliki jenggot
yang lebat. Sampai-sampai para sahabat
bisa mengetahui ayat apa yang dibaca Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan melihat jenggotnya (yang bergerak)
Demikian juga, jenggot merupakan sebab
kewibawaan sehingga ia akan dimuliakan.
Selain itu, jenggot juga merupakan sebab keindahan/kegagahan, khususnya
bagi orang tua. Berbeda jika sebagian
bangsa Arab memandangnya berbeda-beda.
Selain itu, jenggot juga memiliki keutamaan
yang sangat banyak, yaitu sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan. Begitu pula jenggot adalah termasuk bagian
dari agama, bukan hanya sekedar fitrah atau adat kebiasaan saja. Begitu banyak hadits yang menerangkan hal
ini. Nabi bersabda, “Peliharalah jenggot “Barangsiapa yang tidak
mencukur kumisnya, bukan golongan kami”.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tatkala didatangi dua
orang dari Persia mereka
mencukur jenggotnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bertanya pada mereka “Siapa yang memerintahkan kalian mencukur jenggot?” Mereka menjawab “Rabb kami yang
memerintahkan kami”. Rabb yang mereka
maksud adalah Raja Kisra. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Adapun saya, Rabb sayalah yang
memerintahkan saya (memelihara jenggot”.
Dalil ini menunjukkan bahwa jenggot adalah bagian dari agama (karena
Allah yang memerintahkannya) dan bukan adat (orang arab).
Ketiga; Siwak
Siwak dilakukan dengan menggunakan akar pohon ‘arak.
Dan bisa juga dengan sikat gigi, namun siwak tetap lebih afdhol. Dan begitu banyak haditsnya. Dan hadit yang teragung yaitu hadits yang
dishahihkan syaikh Albani
bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Siwak itu kesucian
untuk mulut dan keridhoan di
sisi Allah Subhanahu wa ta’ala”.
Maka jika kalian ingin mendapatkan keridhoan Subhanahu
wa ta’ala maka kalian harus bersiwak.
Ada beberapa waktu yang tepat dan disunnahkah
untuk bersiwak seperti saat bangun tidur, sebelum sholat malam, sebelum sholat,
sebelum wudhu, sebelum membaca al-quran, setelah makan, saat bau mulut berubah,
inilah tempat-tempat yang dianjurkan bersiwak di dalamnya
Keempat; Istinsyaq
Makna istinsyaq adalah memasukkan air ke dalam
hidung. Adapun mengeluarkan air dari
hidung dinamakan istintsar, dan istintsar ini juga merupakan bagian dari
fitrah karena dengan istintsar ini bisa menyebabkan kebersihan bagi mulut.
Sebagaimana kita membersihkan mulut dengan siwak, maka kita membersihkan hidung
dengan memasukkan air ke dalamnya. Di
antara manfaat istinsyaq juga adalah menjernihkan suara dan memperjelas makharijul
huruf, semisal makhraj hamzah dan gunnah.
Kelima; memotong kuku (Qoshshul
adhoofir)
Hikmah memotong kuku
yakni karena kuku itu jika panjang akan menjadi tempat berkumpulnya kotoran (di
bawah kuku tersebut), sehingga bisa menimbulkan penyakit.
Sebab kedua, tidak
memotong kuku merupakan bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan hewan semisal ayam, anjing,
singa. Manusia tidak boleh menyerupai hewan-hewan ini karena mereka tidak
memiliki akal.
Jangan kita tertipu
dengan bangsa barat atau Eropa karena mereka itu kurang akalnya dan fitrah
mereka sempit. Mereka menyangka
memanjangkan kuku adalah bentuk kemajuan dan kemodernan. Memanjangkan kuku adalah kekotoran. Mereka
adalah orang-orang yang tidak memperhatikan masalah kebersihan. Berbeda dengan agama kita, islam. Agama kita sangat memperhatikan masalah
kebersihan. Hal ini ditunjukkan dalam
banyak ayat Al-Quran dan hadits.
(Bersambung…)
disadur
dari kajian Rutin berhasa Arab
transkrip dan alih bahasa: abdullah
0 komentar:
Posting Komentar