Seorang kakek yang pipinya sudah keriput dengan
pandangan sayu mengenakan celana pendek sedang duduk di pinggir jalan sambil
mengisap rokok. Nampak ia begitu lemah,
bahkan untuk sekedar menghisap rokok.
Kakek lain, berjalan dengan tergopoh-gopoh dengan sebatang tongkat, tak didampingi seorang pun. Berkacamata, entah kemana ia hendak pergi.
Kakek yang ini cukup beruntung, ia bersama anak dan
cucu-cucunya menikmati hari libur.
Tertawa riang bak seorang yang keluar dari penjara setelah berpuluh
tahun mendekam di dalamnya.
Lain lagi di tempat ini, seorang nenek duduk
termenung di teras rumahnya di tepi jalan di tengah hutan. Seakan ia menanti seseorang. Tatapannya kosong, sesekali pandangannya
mengikuti kendaraan-kendaraan yang melintas di depan rumahnya.
mengikuti kendaraan-kendaraan yang melintas di depan rumahnya.
***
Di sisi lain...
Tampak segerombolan pemuda bertelanjang dada
‘bertengger’ di tepi jalan sambil mengisap rokok dan mengepulkan asapnya dengan
penuh kebanggaan. Seakan mereka dengan
gaya seperti itu adalah hal yang membanggakan
Yang lain, pemuda ini selalu menenteng tasnya
kemanapun ia pergi. Kapanpun ada waktu
luang, ia pun mengeluarkan buku dari tasnya untuk ia ‘lahap’. ‘Akedemisi ‘, kata orang.
Lain lagi dengan pemuda ini. Bersama dengan seorang gadis-entah siapanya-,
mereka menikmati keindahan malam dengan
berkeliling kota di atas kuda besinya.
Malam kian larut namun kebahagiaan di hati mereka tak kunjung terpuaskan...
***
Itulah potret kehidupan, di satu sisi kita
gambarkan sebagian kehidupan orang tua dan di sisi lain kehidupan pemuda.
Saudaraku, sesaat lagi kita yang masih muda hari ini
akan tiba pada hari tua kita-jika tidak mati muda-. Masa muda sekejap lagi akan meninggalkan
kita. Otak yang cerdas dan otot yang
kuat sebentar lagi akan menghilang seiring memutihnya rambut, rontoknya gigi
satu demi satu dan membungkuknya tulang punggung.
Saudara mudaku, pernahkah kau merenungkan kondisimu
saat dikau telah tua dan sudah bau tanah?
Apa yang kau lakukan hari ini di masa mudamu dengan kemaksiatanmu atau
ketaataanmu hanya akan menjadi kenanganmu di masa tua. Namun satu hal yang perlu kau ingat, semuanya
akan tercatat dan dicatat oleh malaikat Allah. Tak ada yang luput.
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ
عَتِيدٌ -١٨-
Tidak ada suatu kata yang diucapkannya
melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)
(QS. Qaf : 18)
Mungkin, kau pernah menganggap remeh dan enteng
seorang kakek yang rambutnya dipenuhi uban atau seorang nenek yang giginya
sudah tak tersisa satu pun. Pernah? Jika
pernah, maka selamat. Selamat karena
engkau sudah memiliki gambaran kondisimu kelak di masa tua.-sekali lagi, jika
tidak mati muda-.
Kakek dan nenek itupun pernah menikmati masa muda
sebagaimana kau menikmati masa mudamu hari ini.
Mungkin mereka bermaksiat, namun boleh jadi mereka taat di masa
mudanya.
Bagi mereka yang masa mudanya diisi dengan ketaatan
kepada Allah maka Alhamdulillah. Kini
mereka menatap dengan tatapan indah terhadap jannah yang Allah janjikan
buat mereka yang mengisi kehidupannya dengan iman dan amal shalih. Mereka harap-harap cemas menanti balasan
Allah yang dijanjikan buat mereka.
Mereka berharap kepada Allah agar kerja kerasnya di masa muda akan
membuahkan hasil; kebahagiaan abadi di surga.
Sebaliknya bagi mereka yang masa mudanya diisi
dengan kemaksiatan, tatapan mereka adalah tatapan kosong. Menyesal mengapa ia mesti menjadi tua dan
kehilangan kenikmatan yang dulu ia bergelimang di dalamnya. Mengapa ia mesti kehilangan kekuatan yang dulu
ia banggakan? Takdir pun dicela, Allaahul
musta’aan.
Muda hampir lewat
Tua mulai merayap..
Sadarlah saudaraku.. Persiapkan masa mudamu untuk
hari tuamu. Jagalah Allah di masa mudamu
maka Allah akan menjagamu di kala kau tua.
Makassar, Kamis, 14 Safar 1434H/27
Desember 2012
0 komentar:
Posting Komentar