Perkembangan syiah yang kian hari kian melesat sangat perlu untuk
diwaspadai. Syiah, mirip buah kedondong,
luarnya halus dalamnya kasar. Di setiap daerah ahlussunnah (baca; islam)
yang berkembang syiah di dalamnya, pasti akan kacau. Yakinlah! Syiah begitu berbahaya.
Mereka memicu kerusuhan di daerah-daerah basis ahlussunnah, misalnya
saja di Suriah, Yaman dan Mesir. Media-media
yang kita baca maupun tonton berasumsi bahwa kerusuhan-kerusuhan tersebut akibat
adanya instabilitas politik. Sekali-kali
tidak! Itu konflik agama! Syiah yang
‘kerjaannya’ mencela sahabat-sahabat Nabi itu telah memicu semangat pembelaan
di dalam dada kaum muslimin yang masih punya ghirah(kecemburuan)
terhadap agamanya. Kaum muslimin tidak
rela jika para sahabat dicaci maki. Mereka
para sahabat yang telah direkomendasikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan
rasul-Nya dilecehkan dan dihina dengan penghinaan yang sangat rendah oleh
setan-setan tersebut(baca; syiah tersebut).
Allah telah merekomendasikan para Sahabat radhiallohu ‘anhum ajma’in
sebagaimana firman-Nya:
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi
yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Rida kepada mereka dan
mereka pun rida kepada Allah. Allah Menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang agung” (QS.At Taubah : 100)
Sayang, banyak kaum muslimin yang terkecoh dan mempercayai media-media tersebut
yang notabene dimiliki oleh orang liberal (meskipun ngakunya muslim)
bahkan orang kafir yang benci islam. Pemilik
media yang sudah dari sononya benci kepada islam tentu akan memberitakan
hal-hal yang tidak berpihak kepada islam.
Jadilah islam diidentikkan sebagai agama yang melanggar HAM, agama
teroris dan sejuta anggapan lain yang tidak tepat disematkan pada islam dan
kaum muslimin. Anggapan bahwa syiah
merupakan salah satu madzhab dalam islam, pun disebarluaskan melalui
media-media ini. Akhirnya, banyak kaum muslimin yang terprovokasi dan
ikut-ikutan menganggap syiah ini adalah bagian dari Islam padahal islam yang
mulia ini berlepas diri dari syiah.
Sebenarnya, syiah itu apa?
Apa itu syiah? Jika ada yang
bertanya padamu tentang apa itu syiah, tak perlu kau jawab dengan panjang
lebar, cukup jawab saja bahwa syiah adalah agamanya orang-orang yang suka
mencela sahabat nabi, titik. Jika yang
bertanya adalah seorang muslim yang masih lurus fitrahnya dan masih sehat
akalnya tentu akan muncul rasa jengkel dan benci di dalam dadanya terhadap agama
syiah ini. Ia pun akan mulai berhati-hati dengan syiah ini serta mengajak keluarganya untuk
berhati-hati. Begitulah jawaban kita
kepada orang awam jika ada yang bertanya.
Saya terkenang saat awal-awal saya mendengar kata “syiah”. Saat itu saya berada pada kelas tiga
SMA. Suatu kali, guru agama saya mengamanahkan
kepada kelompok saya untuk mempresentasikan perkembangan islam di Rusia. Untuk melengkapi referensi, saya pun surfing
di internet untuk mencari tahu tentang perkembangan islam di Rusia,
ternyata hanya sedikit informasi yang bisa saya dapatkan. Di antara yang sedikit itu, ada pernyataan
bahwa penduduk muslim di rusia mayoritas sunni dan sebagian kecilnya
syiah. Sunni dan syiah,
dua kata yang asing bagi saya. Akhirnya,
pada malam hari sebelum saya tampil untuk membawakan materi diskusi, saya
mencoba menelepon salah seorang guru fisika di sekolah saya yang saya kenal
bahwa beliau aktif di lembaga keislaman.
Tujuan utama saya menelpon adalah untuk menanyakan apa itu sunni dan
syiah. Jujur, saat ini saya sudah lupa
apa yang beliau ucapkan malam itu melalui telepon tentang sunni dan syiah namun
ada kata kunci yang teringat dengan jelas dalam kepalaku hingga hari ini yakni,
“sunni itu ahlussunnah, ya kita-kita ini”.
Saat diskusi esok harinya, saya pun membawakan materi, saat menyinggung
tentang sunni dan syiah saya hanya mengucapkan seperti apa yang disampaikan
oleh guru saya tadi, “sunni itu ahlussunnah, ya kita-kita ini”. Beruntung, hingga akhir diskusi tidak ada
yang bertanya lebih jauh tentang apa itu sunni dan syiah, jika ada, pastilah
saya tak dapat menjawabnya atau mungkin menjawab asbun (asal bunyi) bin sota
(sok tahu).
Ringkas, namun kata-kata itu terngiang hingga kini. Kupegang erat kata-kata tersebut. Saat kaki ini menginjak dunia kampus yang di
dalamnya berseliweran banyak pemahaman islam mulai dari yang lurus,
bersih dan masih berpegang dengan qur’an dan sunnah sesuai pemahaman sahabat
sampai yang sesat dan menyesatkan, semuanya ada di dunia kampus. Istilah ‘syiah’ dan ‘sunni’ semakin
sering kudengarkan di kampus. Pengetahuanku
tentang syiah ini memang masih belum bertambah, tapi kata-kata dari guruku tadi
selalu kupegang, bahwa kita ini sunni. Alhamdulillah,
Allah masih menjagaku hari ini sebagai seorang Ahlussunnah dan insya
Allah inilah yang akan kuyakini sampai mati.
Pelajaran Lain
Apa yang bisa kita kita ambil dari kisah di atas?
Pertama, apa yang pertama kali disampaikan kepada kita itulah yang
paling membekas dalam ingatan kita dan itulah yang menjadi doktrin dalam diri
kita. Jawaban sang guru, “sunni itu
ahlussunnah, ya kita-kita ini” menjadi doktrin tersendiri dalam jiwa
saya.
Coba bayangkan, andaikan saat itu, guru saya tersebut menjawab “syiah
itu ya kita-kita ini”. Mungkin saya
akan menjadi seorang syi’i (pengikut syiah) atau paling tidak, menjadi
orang yang mendiamkan syiah dengan semua pencelaan yang mereka lakukan kepada
sahabat. Mengapa? Karena yang paling
pertama tertanam dalam kepala saya adalah bahwa syiah itu tidak berbahaya sehingga
tidak ada yang perlu diwaspadai dari syiah ini, toh guru yang saya
pandang baik itu orang syiah juga. Na’udzu
billaahi min dzalik.
Kedua, pentingnya kita menyampaikan kepada masyarakat akan bahaya syiah
ini (yang selalu menjelek-jelekkan para sahabat nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam) agar masyarakat kita tidak ikut-ikutan latah membela mereka akibat ‘hasutan’
media yang keliru dalam memberitakan.
Sebagai wasiat, waspadalah Anda terhadap syiah, sampaikan kepada
saudara, keluarga, sahabat, kenalan Anda serta kaum muslimin akan bahaya syiah
yang selalu menjelek-jelekkan sahabat nabi.
Semoga Allah menetapkan hati kita di atas kebenaran. Amin.
Makassar, 4 Muharram 1434/18-11-2013
AMR
0 komentar:
Posting Komentar