Jumat siang, tepat pukul 13.30, Pak Guru memasuki ruang
kelas. Siang itu, tidak ada materi
pelajaran yang disampaikan. Memang,
siang itu adalah jadwal Ulangan harian.
Dengan menggunakan baju koko –karena Pak Guru baru saja menghadiri
sholat jumat- pak Guru memberi arahan sebelum pelaksanaan ulangan.
“Tidak boleh kerja sama.
Kerja sendiri-sindiri. Kepala
hanya boleh bergerak ke samping maksimal 15 derajat, lebih dari itu maka lembar
jawab akan ditandai bahkan disita.
Bahkan, akan saya sobek,” begitu
arahan pak Guru.
“sbfserjvif…%$^*$&*#$%^”, tampak para siswa seperti
menahan sesuatu setelah mendengar aturan ujian yang ketat ini.
Pak Guru melanjutkan, “Saya tak ingin membibit koruptor di
tempat ini. Kalian perlu tahu,
koruptor-koruptor saat ini adalah mereka yang suka mencontek sewaktu mereka
dahulu sekolah. Bibit-bibit kecurangan
terus tumbuh dalam diri mereka seiring tumbuh besarnya tubuh mereka. Makanya, sekali lagi, saya tak ingin membibit
koruptor di tempat ini”
***
Saudara semuslim, ilustrasi di atas –meskipun diangkat dari
kisah nyata dengan bebera pengubahan- mudah-mudahan bisa memberi pelajaran
kepada kita bahwa keburukan meskipun kecil seharusnya kita hentikan
pertumbuhannya sejak dini.
Perbuatan mencontek adalah suatu tindak kecurangan padahal
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa yang
mencurangi kami maka bukan termasuk golongan kami”
Jadi, masih mau mencontek?
Abu Muhammad Risaluddin,
Makassar, 25 Jumadal
Akhirah 1434H/6 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar