Dikutip dari seorang ikhwan…
Sudah hamper sebulan saya berada di kota D dan
sekitarnya. Awalnya, saya sudah sangat
yakin diterima di salah satu universitas di daerah B dengan beasiswa penuh,
namun qoddarullah[1],
“belum rezekimu nak”, begitulah kata ibuku saat kutelepon tentang berita
“kegagalanku”[2]. Pasca pengumuman kelulusan, perasaan tak
menentu. Kucoba menyabarkan diri dan
mengingat-ingat akan adanya hikmah yang besar di belakang hari –yang belum
kutahu. Sebenarnya, saya berpikir untuk
langsung kembali saja ke S untuk menyelesaikan beberapa urusan di kota M
kemudian kembali lagi ke kampong halaman untuk mendapatkan kemuliaan berbakti
kepada orang tua, yang telah delapan tahun kutinggalkan demi menuntut “ilmu”[3].
Namun akhirnya, saya tidak jadi memutuskan kembali ke
S saat mendengar informasi tentang dibukanya pendaftaran sebuah “tempat
belajar”[4]
di daerah B, tepatnya di J. Meskipun
seleksinya baru akan diadakan 3 pekan lagi, biar saya tunggu saja. Alhamdulillah, Allah memberikan nikmat tempat tinggal tanpa
bayar[5]
di kota ini. Yaa Allah, balaslah
kebaikan mereka yang berbuat baik kepada saya dengan Jannah-Mu. Aamiin.
“Allah punya rencana terbaik untukku yang belum
kuketahui”, begitu gumamku dalam hati saat ku mengenang perjuangan[6]
yang cukup berat hingga bisa sampai disini, untuk masuk ke universitas itu
–meskipun gagal[7]. Yang paling kurasakan berat adalah saat
memandang wajah ibuku yang matanya berkaca-kaca saat melepasku, ia berusaha
menahan tangisnya di hadapanku. Yaa
Allah, ampunilah dosaku yang banyak menyusahkan ibuku, limpahkanlah rahmat-Mu
kepada ibu dan bapakku[8].
Hikmah “kegagalan” itu, meski masih belum begitu
jelas, mulai bisa kusaksikan. Tak
perlulah kusampaikan semuanya. Dengan
kegagalan itu, saya punya banyak waktu di kota D. Disini, banyak kejadian yang sarat hikmah
yang ada baiknya jika saya bagikan kepada pembaca..[9]
Depok, 16 Dzulqoidah
1435H/11 September 2014 @ 11.04am
[1] Berarti takdir Allah.
Disunnahkan membawa “qodarullah wa maa syaa’a fa’ala” saat
mengalami sesuatu yang tidak sesuai harapan
[2] Dalam perspektif seorang muslim, ini bukanlah kegagalan karena
kegagalan hakiki adalah ketika gagal masuk surga. Namun ditulis “kegagalan” agar pembaca bisa
memahami dengan mudah maksud dari penulis.
[3] Ilmu yang hakiki adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an,
As-Sunnah dan Atsar sahabat. Namun ilmu
yang dimaksud disini adalah ilmu yang bersifat keduniaan. Ringkasnya, yang dimaksud adalah bersekolah.
0 komentar:
Posting Komentar