Oleh: Abu Muhammad
Kematian, sebuah hal yang sering menghantui kita semua, termasuk saya. Kematian akan menghancurkan bangunan-bangunan impian yang telah dan sedang kita usahakan. Lalu apa? Kita akan dimasukkan ke dalam lubang berukuran sempit, bernama kuburan.
Kematian, sebuah hal yang sering menghantui kita semua, termasuk saya. Kematian akan menghancurkan bangunan-bangunan impian yang telah dan sedang kita usahakan. Lalu apa? Kita akan dimasukkan ke dalam lubang berukuran sempit, bernama kuburan.
Kematian, sangat efektif
menghancurkan semua kengkuhan dan keserakahan.
Kematian, mampu menghentikan paksa semua bentuk kedurhakaan kepada-Nya
yang Mahalembut kepada hamba-hambaNya.
Mungkin ada rasa ngeri dan belum
siap menghadapi kematian. Salah satu
alasannya adalah menggunungnya dosa.
Belum ada jaminan bagi kita bahwa
dosa kita telah diampuni. Pun, kita
minta ampun seringkali setengah hati –tanpa diiringi tangisan penyesalan. Begitu juga yang saya rasakan. Tapi, apakah akan terus menerus dalam
perasaan tidak siap? Sementara kemtian
akan dating, entah kita siap atau tidak.
Sejak dini, kita harus sudah
bersiap-siap menghadapi kematian. Harus
banyak mengingat kematian, seperti pesan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)”.
Istiqomahlah
Hidup dalam keistiqomahan memang
berat. Mungkin –sering- kita berhasil
meninggalkan sebuah kebiasaan buruk atau rutin melakukan suatu ibadah beberapa
waktu lamanya. Tapi itu bukan jaminan
bahwa kita sudah istiqomah. Boleh jadi
–bahkan sering baru beberapa hari- kita sudah merasa istiqomah- ternyata justru
hari itu kita kembali future. Memang berat. Kita harus bersabar. Sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar
dalam menjauhi kemaksiatan.
Semakin sulit lagi, jika kita
telah dikuasai setan akibat gelapnya hati karena keseringan bermaksiat. Setan akan mudah menyetir kita. Semua keinginan setan dituruti, dan ini artinya
semakin banyak kemaksiatan kita lakukan.
Na’udzu billahi min dzalik
Apakah kita siap menghadap
Allah? Sementara maksiat-maksiat dan
dosa-dosa kita sudah begitu menggunung?
Jujur, kita (saya) belum siap. Tapi,
apakah malaikat mau menunggu sampai kita siap?
Tidak! Jika demikian
kenyataannya, tiada jalan lain, kita harus mulai bersiap.
Meski dosa begitu menumpuk,
janganlah putus asa. Tetaplah
berprasangkan baik kepada Allah, sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam sabdakan, “Innii ‘alaa dzhonni ‘abdiy” (Sesungguhnya Aku
bergantung pada persangkaan hambaku).
Kini, saya berharap dan berprasangka baik bahwa Allah al-ghofuururrohiim
akan mengampuni segala dosa-dosaku. Dan
kita harus berprasangka baik bahwa Allah akan member taufik kepada kita untuk
meninggalkan dosa-dosa dan kebiasaan buruk kita serta menjadikan kita cinta
untuk bertaqorrub kepada-Nya.
Ketahuilah, hidup di jalan Allah
lebih sulit daripada mati di jalan Allah.
Wahai diri, tetaplah istiqomah.
Allahummaghfirly wa liwaalidayya
warhamhumaa kamaa rabbayaanii shogiiro..
Allahumma inni as’aluka khusnul
khotimah wa a’uudzu bika min su’il khotimah..
Abu Muhammad
(Risaluddin) @ Masjid Hijaz Depok, 15 Dzulqo’dah 1435/10-9-2014, 11.07 pm
0 komentar:
Posting Komentar