oleh : Abu Muhammad
Dalam episode dari banyak kehidupan manusia, kebebasan adalah hal paliing
didambakan. Kebebasan berarti
kelapangan. Siapa pun yag dalam kelapangan, maka ia punya banyak
waktu untuk mengembangkan potensinya.
Akhirnya, setelah 4 tahun 7 bulan berlalu selesai juga. Lantas?
Sudahkah dia bebas? Ternyata ia
baru saja keluar dari sebuah penjara kecil bernama “kuliah”. Bebas?
Oh, jauh. Di hadapannya nampak
bahwa ternyata ia masih dalam bayang-bayang ketidakbebasan.
Ketidakbebasan bisa kita sebut keterkungkungan. Dia masih harus mencari penghidupan. Setelah itu ia mungkin akan berpikir untuk
hal yang lain. Ah.. dunia ini memang
penjara. Sampai kapanpun selama masih di
dunia, kita dalam keadaan terpenjara.
Bahkan, orang paling kaya pun sebenarnya dalam keadaan terpenjara. Ia terpenjara dalam ketakutan akan hilangnya
hartanya. Begitu pula si cantik dan di
ganteng. Mereka terpenjara dalam keadaan
khawatir kecantikan dan kegantengannya memudar.
Dan begitu pula yang lain. Semuanya
dalam keadaan terpenjara.
Sebagai umat islam, kita pun sebenarnya dalam keadaan terpenjara. Dalam sebuah hadits shohih, Nabi telah
menerangkan keterpenjaraan seorang mukmin: Ad-dun-ya
sijnul mu’min wa jannatul kaafir, dunia itu penjara bagi seorang beriman
dan surga bagi orang-orang kafir.
Ya, seorang muslim terpenjara dalam aturan dan syariat Allah. Namun begitu, tatkala mereka ikhlas
melaksanakan aturan Allah itu, maka mereka akan menemukan sebuah kebebasan.,
kebebasan dan keterpenjaraan. Lihatlah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, saat ia akan dipenjarakan karena teguh di atas
kebenaran, ia justru berkata bahwa dalam penjara dia bisa menikmati berduaan
dengan Allah ‘azza wa jalla. Bukankah ini sebuah kebahagiaan?
Sekarang, tengoklah orang-orang yang ingkar yang selalu menentang dan
menantang hukum-hukum Allah. Dengan gelimang
dunia yang mereka miliki, seakan mereka menikmati kebebasan. Namun apa?
Dibalik penampakan yang penuh kebebasan, mereka sebenarnya merasakan
kesempitan, dadanya tersesak, mereka terpenjara!
Mereka terpenjara dalam kebebasan…
Tidung, Makassar 22 Jumadal Akhirah 1435/23 April 2014
0 komentar:
Posting Komentar