MALAM SELASA, 10 RABI’UL AKHIR 1435H/10 FEBRUARI 2014
MASJID NUR AKHLAK PASAR HARTACO, TAMALATE
UST. HENDRA WIJAYA,LC.
Saat ini, banyak manusia yang mngusahakan rumah tempat tinggalnya. Buktinya, saat ini banyak bisnis properti berkembang. Fitrah manusia adalah mencintai rumah/tempat tinggal. Dalam syariat kita, ada banyak hal yang berkaitan dengan rumah. Misalnya, saat berpoligami, di antara hal yang suami harus berlaku ‘adil’ adalah masalah giliran bermalam. Bermalam ini tentu di rumah.
Pernahkah kita berpikir untuk menyiapkan tempat tinggal kita di surga?
Tentu rumah di surga beda dengan rumah di dunia.
Perbedaan I
Rumah di dunia punya banyak persyaratan yang sulit. Belum lagi jika terkontaminasi dengan praktik
ribawi.
Adapun di surga, sangat mudah syaratnya. Sebelum siapkan rumah, tentu harus
kaplingnya dulu. Untuk menyiapkan
kapling syarat utamanya mudah, “cukup” dengan bersayahadat asyhadu an-laa
ilaaha illallaah. Tentu, praktik
dari syahadat itu tidak begitu mudah.
Kita harus senantiasa menjaga ketauhidan dan jangan sampai terjatuh ke
dalam syirik.
Syahadat adalah yang paling berat timbangannya di akhirat kelak.
Membangun rumah di surga tidak perlu dengan bertahun-tahun mengumpulkan
dana. Cukup beberapa menit saja,
tergantung amalannya.
Perbedaan II
Semegah apapun rumah di dunia ini, suatu saat akan kita
tinggalkan. Bahkan mungkin sebelum rumah
itu selesai dibangun kita sudah harus kembali ke “rumah” berukuran 1x2 (kuburan). Jadi, ujung-ujungnya kuburan.
Namun rumah di akhirat, kita akan kekal tinggal disana.
Jauh, beda antara rumah dunia dengan rumah di akhirat.
“niscaya Allah Mengampuni dosa-dosamu dan Memasukkan kamu ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat- tempat tinggal
yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung” (As-Shaff:12)
Istri Fir’aun beriman kepada Allah#, saat beliau disiksa oleh Fir’aun
beliau meminta kepada Allah# agar dibangunkan rumah di surga. Hal ini diabadikan dalam al-Qur’an
“Dan Allah Membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri
Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhan-ku,bangunkanlah untukku sebuah rumah
di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya,
dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,” (At-Tahrim:11)
***
Manusia yang masuk ke dalam surga berada pada posisi yang
berbeda-beda. Di antara mereka ada yang
berada pada posisi terendah di dasar surga.
Dan mereka itu ada yang termasuk umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wa sallam. Merekalah itu orang-orang
yang zholim terhadap dirinya.
Ada juga yang muqtashid.
Mereka itu adalah orang yang senantiasa memelihara kewajiban dan menjaga
diri dari keburukan. Sesekali mereka
terjatuh dalam kesalahan namun mereka segera kembali kepada Allah#.
Dan yang paling utama adalah saabiqun bil khairaat. Mereka berlomba-lomba dalam kebaikan. Mereka tidak merasa cukup hanya dengan
mengerjakan kewajiban. Namun mereka
selalu mencari-cari peluang kebaikan untuk mereka.
Jarak perbedaan derajat di surga bagaikan saat kita memandang bintang
gemintang di langit. Derajat yang
demikian tinggi bukan Cuma dapat diraih para nabi. Namun kita semua berpeluang untuk mendapatkan
surga tertinggi.
***
Sebagaimana rumah di dunia yang beragam jenisnya, rumah di surga juga
tidak sejenis. Meski modal kita sama,
namun bisa jadi-dan banyak terjadi-
model rumah yang kita dapatkan di surga berbeda. Apakah kita mau membangun rumah yang ‘mewah’/istana
di surga? Mari kita manfaatkan modal itu, yakni waktu.
***
“Siapa yang istiqomah menjaga 12 rakaat dalam sehari semalam maka
Allah akan membangunkannya rumah di surga” (Hadits Shohih; Muttafaq ‘alaih)
“Barang siapa membangun masjid maka Allah akan membangunkannya rumah
di surga” (Al-Hadits)
***
“Sesungguhnya dalam surga ada kamar-kamar, bagian luarnya terlihat
dari dalam… ditanyakan kepada rasulullah: untuk siapa? Yang banyak berpuasa, yang memberi makan
kepada faqir miskin….untuk yang sholat malam saat manusia tertidur” (hadits)
Di dalam surga kita bisa memperbanyak harta. Caranya dengan memperbanyak “Laa hawlaa wa
laa quwwata illaa billah”
Jika untuk dunia, kita mengatur dan mempersiapkan segala sesuatu agar
kita mendapatkan kehidupan yang nyaman, maka lebih pantas kita mempersiapkan
dan mengatur untuk kebahagiaan kita di akhirat.
“Yaa ayuhalladziina aamanuttaqullooha waltanzhur nafsun maa qoddamat
ligodin”..
0 komentar:
Posting Komentar