Pages

Labels

Kamis, 07 Desember 2017

Rahasia Dibalik Lamanya Ruku dan Sujud Dalam Shalat

🌴🏡 Rahasia Dibalik Lamanya Ruku dan Sujud Dalam Shalat 🌴🌴
 

===

Mungkin orang Indo yg pernah pergi ke dua tanah suci heran dgn lamanya ruku' dan sujud saat shalat di sana.

Melamakan ruku' dan sujud itu bukan tanpa alasan, tapi berdasarkan sandaran dari tuntunan Nabi -shollallohu 'alaihi wasallam-, simaklah hadits berikut ini:

Suatu hari Abdullah bin Umar -rodhiallohu 'anhuma- melihat seorang pemuda sedang shalat, dia memanjangkan shalatnya dan melamakannya, maka beliau bertanya: Siapa yg tahu orang itu? Maka ada yg menjawab: saya.

Beliaupun mengatakan: Seandainya aku mengenalnya, tentu aku akan menyuruhnya utk MEMANJANGKAN ruku' dan sujudnya, karena aku pernah mendengar Nabi -shollallohu 'alaihi wasallam- bersabda:

Sungguh, jika seorang hamba berdiri utk shalat; semua dosanya didatangkan, dan diletakkan di atas pundaknya. Maka setiap kali dia ruku' dan sujud, dosa-dosa tersebut menjadi berjatuhan".

[Lihat Silsilah shahihah: 1398, sanadnya shahih].

Ternyata semakin lama kita ruku dan sujud, semakin banyak dosa kita yg dilepaskan dari kita, tidak inginkah dosa Anda banyak diampuni?!

Maka lamakanlah ruku' dan sujud Anda.

🌐 Sumber : SalamDakwahCom
                                                                                                                                            ☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕
Barakallah fikum.                                          

✒ Ditulis oleh Ustadz DR.Musyaffa Ad Dariny, Lc, MA حفظه الله تعالى

***

Selasa, 05 Desember 2017

Zakat Fitri dengan beras, bukan bid'ah dan sangat berbeda dengan bid'ah.

Sehingga tidak tepat menjadikannya sebagai dasar adanya bid'ah yg dibolehkan, atau bahkan bid'ah yg disyariatkan.

Karena Zakat Fitri dengan beras = sudah ada dalil khusus yang menjelaskannya.

Lihatlah bagaimana Sahabat Abu Sa'id Al-Khudri -radhiallahu anhu- menjelaskan masalah ini, beliau mengatakan:

"Dahulu kami mengeluarkan Zakat Fitri pada zaman Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- berupa satu sha' dari MAKANAN (pokok), dan makanan kami (ketika itu) adalah sya'ir (jenis gandum), zabib (kismis), aqith (yoghut kering), dan kurma". [HR. Bukhari: 1510, Muslim: 985).

Perhatikanlah kata "makanan pokok" dalam hadits ini, kata itu mencakup semua jenis makanan pokok di sebuah masyarakat.. oleh karenanya, apabila makanan pokok di daerah tertentu beras, maka dari makanan jenis itulah zakatnya.. apabila makanan pokoknya jagung, maka dari makanan jenis itulah zakatnya.. dan begitu seterusnya.

Inilah yg dipahami oleh Imam Nawawi -rahimahullah-, beliau mengatakan:

"Pendapat ter-shahih menurut kami adalah wajibnya zakat fitrah dari makanan pokok yg sudah umum di sebuah daerah". [Al-Majmu' 6/112].

Dari sini kita bisa memahami, bahwa berzakat fitri dg beras, telah dijelaskan secara khusus oleh hadits di atas, karena hal itu masuk dalam keumuman lafalnya.

Contoh sederhananya, ada sebuah hadits yg isinya: "Takutlah neraka, meski hanya dengan (sedekah) setengah kurma" [HR. Bukhari: 1417, Muslim: 1016].

Ini adalah perintah untuk bersedekah, yg dengannya orang akan dijauhkan dari neraka, adapun sedekahnya dg apa?, maka redaksinya umum, tidak ada batasan obyek yg disedekahkan.. maka masuk di dalamnya sedekah dg manggis, atau donat, atau motor, atau printer, atau obyek² lainnya.

Yg perlu digarisbawahi di sini, meski obyeknya tidak ada di zaman Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, sedekah yg demikian tidak bisa disebut bid'ah, dan sama sekali tidak sama dg bid'ah, karena ini masuk dalam keumuman redaksi hadits anjuran sedekah tersebut.

Adapun bid'ah, maka ciri-cirinya mudah:

1. Tidak ada dalil khusus yg shahih tentangnya.
2. Tidak ada di zaman Nabi -shallallahu alaihi wasallam- dan para sahabatnya, padahal ada KEMAMPUAN untuk melakukannya.. dan tidak ada PENGHALANG yg menjadikan hal itu ditinggalkan di zaman itu.

Jika ada ibadah atau sesuatu yg diniati ibadah, dan terkumpul padanya dua ciri ini, maka biasanya ada aroma bid'ah yg sangat kuat padanya, wallahu a'lam.

Silahkan dishare... semoga bermanfaat.
-ust ad dariny-

HUKUM MENAMBAHKAN NAMA SUAMI DI BELAKANG NAMA ISTRI – MENISBATKAN DIRI KEPADA SUAMI…

Dalam ajaran Islam seorang istri TIDAK BOLEH menambahkan nama suaminya atau nama keluarga suaminya yang terakhir setelah namanya.

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa yang mengaku sebagai anak kepada selain bapaknya atau MENISBATKAN dirinya kepada yang bukan walinya, maka baginya laknat Allah, malaikat, dan segenap manusia. Pada hari Kiamat nanti, Allah tidak akan menerima darinya ibadah yang wajib maupun yang sunnah” (HR. Muslim no.3327 dan at-Tirmidzi no.2127 dan Ahmad no.616).

“Barang siapa bernasab kepada selain ayahnya dan ia mengetahui bahwa ia bukan ayahnya, maka Surga haram baginya” (HR. Bukhari no.3982, Muslim no.220 dan Abu Dawud no.5113).

Setelah menikah, terkadang wanita barat mengganti nama belakangnya atau nama keluarganya dengan nama suaminya atau nama keluarga suaminya. Misalnya istrinya Bill Clinton: Hillary Clinton yang nama aslinya Hillary Diane Rodham atau istrinya Barrack Obama: Michelle Obama yang nama aslinya Michelle LaVaughn Robinson.

Karena itu, hendaklah kita tidak meniru-niru budaya yang tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Marilah kita melihat teladan pada para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah nama-nama mereka dinasabkan kepada Rasulullah meski agung dan tingginya kedudukan beliau di sisi Allah dan di sisi manusia. Mereka tetap dipanggil dengan nama ayah-ayah mereka seperti Aisyah bintu Abu Bakar, Hafshah bintu Umar, Zainab bintu Jahsy, begitu pula yang lainnya.

Kaum muslimin yang telah melakukan perbuatan ini berarti tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, karena tradisi yang tercela ini tidak pernah dikenal kecuali dari mereka, dan dari merekalah sebagian kaum muslimin yang awam mengadopsinya.

Penisbatan istri kepada nama suaminya merupakan hal yang belum dikenal di zaman para salafus shalih dahulu, namun baru dikenal di zaman ketika kaum muslimin mulai berinteraksi dengan budaya barat.

Seorang istri hanya boleh menisbatkan kepada suami jika penyebutannya seperti QS.At-Tahrim ayat 10 dan 11, dimana Allah menggunakan penyebutan nama dengan sandingan nama suami, “imra’atu Nuh (istrinya nabi Nuh) dan imra’atu Luth (istrinya nabi Luth), “imra`atu Fir’aun” (istrinya Fir’aun).

Pada hadits riwayat Abu Sa’id al-Khudri, bahwa suatu ketika Zainab istri Abdullah bin Mas’ud datang kepada Rasulullah dan meminta izin untuk bertemu. Lalu ada salah seorang yang ada di dalam rumah berkata : “Wahai Rasulullah, Zainab meminta izin untuk bertemu“. “Zainab siapa?” tanya Rasul. “Istri Ibnu Mas’ud“. Lalu beliau berkata : “Ya, persilahkan dia masuk” (HR. Bukhari)

Pada hadits ini kita perhatikan penyebutannya bukan Zainab Ibnu Mas’ud, tetapi Zainab istri Ibnu Mas’ud.
.
.
Ustadz Najmi Umar Bakkar,  حفظه الله تعالى
.
.
Ref : http://bbg-alilmu.com/archives/32839

Edisi Sayang Istri

Setelah shalat Jumat, saya pulang dari masjid ke rumah mendengar sekilas, seorang suami meminta izin kepada istrinya melalui telpon, dengan suara yang lembut ia berkata: "Sayang mohon maaf, boleh nggak saya makan siang di rumah kawan, boleh ya sayang?"

Masya Allah... ini baru suami idaman para istri!

sangat menjaga perasaan istrinya. saya jadi teringat Firman Allah:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Artinya: "Dan Gaulilah istri kalian dengan baik". QS. An Nisa: 19.

Imam Al Qurthubi rahimahullah berkata: "Akan tetapi redaksi ini kebanyakan ditujukan kepada para suami". lihat Kitab Al Jami' Li Ahkamil Quran 5/97.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Baikkanlah ucapan kalian untuk mereka (para istri), indahkan kelakuan dan penampilan kalian sesuai dengan kemampuan kalian, sebagaimana kamu menginginkannya darinya (istri), maka perbuatlah seperti itu kepadanya." lihat Kitab Tafsir Al Quran Al Azhim pada ayat ini.

🚫 SUAMI SEPERTI INI, NGGAK BANGET DEH!

- Suka membentak
- Suka kasar
- Ingin enak sendiri dalam segala hal termasuk DALAM HUBUNGAN DI ATAS RANJANG, asal dia selesai.
                                                                       - Tidak perhatian
- Suka memukul.
- Suka selingkuh
- Suka minta jatah dan tidak menafkahi
dsb, silahkan ambil contoh yang lainnya yang begitu banyak.

#edisisayangistri

---------------------------
♻ Silsilah nasihat ke - 40
📝 WA Dakwah Jalyat Unaiza_Indo
📲 Ikuti di no: +966509273346.                   
☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕
Barakallah fikum.                                          

✒ Ditulis oleh Al-Ustâdz Ahmad Zainuddin Abu Abdillah Al Banjary, Lc Hafizhahullâh.                                            
***

ADA YANG BISA SAYA BANTU?

Pernah suatu hari, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas masuk ke suatu kantor. Lemudian beliau ditanya oleh satpam kantor.

Satpam : "Ada yang bisa saya bantu pak?"
.
Ustadz Yazid kemudian memanggil kedua satpam tersebut sambil berkata...
.
"Saya mau tanya sama bapak berdua...Bapak pernah gak mengucapkan kalimat ini kepada kedua orang tua bapak?"
.
Satpam : "Belum pernah pak..."
.
______
.
Sering kali, seseorang itu lebih 'care' pada orang lain tapi lupa pada keluarga sendiri...
Yang benar adalah keluarga terdekat dahulu baru orang lain...
.
Apakah Kita Termasuk Anak Shaleh Dan Shalehah

Jika kamu mendoa'akan orang tuamu, maka kamu termasuk anak shaleh dan shalehah, hal itu berdasarkan hadits...
.
...أو ولد صالح يدعو له
.
"...Atau anak shaleh yang mendoakan orang tuanya".
(HR. Muslim)

Kalau kamu melupakan orang tuamu, maka kamu bukan termasuk anak shaleh dan shalehah sesuai dengan kadarmu dalam melupakannya.

Oleh karena itu perbanyak doa:
.
رب اغفر لي و لوالدي...
.
"Ya Rabb, ampuni aku dan kedua orang tuaku..."
.
Karena hal itu menghimpun dua ibadah;
.
1. Berbakti kepada orang tua
2. Beristighfar

Maka jangan lupa untuk mendoakan orang tua kita, agar kita menjadi anak shaleh dan shalehah.

✍🏼 Ustadz Fuad Hamzah Baraba

📂 Kajian Islam

•┈┈•••✦✿✦•••┈┈•

*Repost by :*
*🌀TEGAR DI ATAS SUNNAH*
*Grup Sharing Kajian Islam*
Silahkan berbagi

*Follow Channel Telegram*
*@kajianislamtegardiatassunnah*
untuk mendapatkan informasi seputar agama Islam

Kamis, 30 November 2017

TAK BOLEH MENCELA HUJAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

 Sungguh, ketika berbicara tentang hujan sebenarnya kita bicara tentang RAHMAT ALLAH yang diturunkan kepada makhluk-Nya di bumi,  berupa air yang mensucikan. Ini  sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya : Wa huwal ladzi arsalar riyaaha busyran baina yadai rahmatihii, wa anzalnaa minas samaa-i maa-an  thahuuraa.Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Dan kami turunkan dari langit air yang mensucikan (Q.S al Furqan 48).

Selain sebagai rahmat, Allah menjelaskan kepada kita bahwa hujan adalah salah satu tanda kebesaranAllah. Allah menjelaskan pula bahwabumi ini gersang, tandus lalu disiram hujan menjadi subur. Allah berfirman :“Dan sebagian dari tanda tanda (kebesaran) Nya. Engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan diatasnya, niscaya dia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu” (Q.S Fusilat 39).

Nah kalau hujan adalah rahmat dan tanda kekuasaan Allah maka tentu sangatlah tercela orang orang yang berani dan lancang mencela hujan bahkan sepertinya ada pula yang tak suka jika hujan sering turun. 

Perhatikanlah komentar sebagian manusia yang suka berburuk sangka kepada Allah ketika  melihat hujan mauturun. Mereka   berkomentar sesukanya, diantaranya :

Pertama : Ini bakal banjir lagi, longsor lagi, macet lagi. Padahal belum tentu terjadi.

Kedua : Kenapa sih kok hujan melulu. Kapan berhentinya.

Ketiga  : Kalau bisa jangan ada hujan hari ini. Makna dari komentar ini adalah kalau bisa jangan ada rahmat Allah hari ini. Jadi rahmat Allah (berupa hujan) ditolak.

Keempat : Alhamdulillah hari ini tidak hujan, maknanya adalah alhamdulillah hari ini tidak ada rahmat Allah. Seolah olah mereka senang kalau rahmat Allah tidak datang . Ketahuilah bahwa rahmat Allah bermakna kasih sayang Allah. 

Komentar komentar buruk ini juga akan mendatangkan murka atau adzab Allah. Bukankah mencela hujan adalah sama dengan mencela perbuatan dan ketetapan dari Dzat yang menurunkan hujan yaitu Allah Ta’ala. Akibatnya, bisa jadi Allah mengalihkan hujan dari rahmat menjadi adzab bagi manusia. 

Sangatlah penting untuk diketahui dan dipahami dengan sungguh sungguh bahwa semua adalah milik Allah Ta’ala dan tak bersekutu dengan apapun dan siapapun. Allah berfirman : “Lillahi maa fis samaawaati wal ardhi”. Milik Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. (Q.S al Baqarah 284).

Jadi karena semua milik Allah maka Dia bisa dan berhak melakukan apapun terhadap milik-Nya baik yang ada di langit, di bumi ataupun yang ada diantara keduanya. Apakah Dia akan menurunkan hujan, angin topan, mendatangkan gelombang besar, gempa bumi, tsunami dan sebagainya. Semuanya adalah hak Allah sebagai pemilik tunggal alam semesta ini. 

Oleh karena itu seorang hamba tak boleh dan sangat tidak pantas mencela apapun yang dilakukan Allah Ta’ala termasuk menurunkan hujan kapan pun dan dimana pun sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai makhluk  maka yang paling selamat adalah menerima dengan ridha apapun yang telah ditetapkan Allah terhadap alam ini termasuk diri kita sendiri. 

Namun demikian kita selalu berharap dan bermohon kiranya Allah Ta’ala memberikan yang terbaik bagi dunia dan akhirat kita.     

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.174)

Blogger  : Semua Ada Hikmah
Address : www.azwirbchaniago.blogspot.com

Senin, 27 November 2017

Dua Hal Ini Menjadikan Anak Keturunan Anda Shalih

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Bismillah walhamdulillah wash shalatu wassalamu ala rasulillah wa ala alihi wa shahbihi ajma'in.

TIDAK ADA SESUATU LEBIH BAIK YANG DAPAT MENOLONG SEORANG HAMBA MENJADIKAN ANAK KETURUNANYA SHALIH LEBIH UTAMA DARI DUA PERKARA INI :

1. Menjadikan diri sebagai orangtua yang shalih

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
                                                                              Artinya : "Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". QS. Al Kahfi: 82.

Coba perhatikan penggalan ayat :                
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
                                                             Artinya: "Sedangkan ayahnya (/orangtuanya) adalah seorang yang shalih.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :                                                      
فيه دليل على أن الرجل الصالح يحفظ في ذريته وتشمل بركة عبادته لهم في الدنيا والآخرة بشفاعته فيهم ورفع درجتهم إلى أعلى درجة في الجنة لتقر أعينه بهم
                                                             Artinya: "Di dalamnya terdapat dalil bahwa anak lelaki yang shalih dijaga keluarganya dan berkah ibadahnya mencakup untuk mereka di dunia dan akhirat dengan syafaatnya kepada mereka dan pengangkatan derajat mereka ke derajat yang paling tinggi di dalam surga agar sejuk hatinya dengan keadaan mereka (keturunannya)." silahkan lihat Kitab Tafsirul Quranil Azhim, surat Al Kahfi ayat 82.

2. Berdoa kepada Allah agar menjadikan untuknya keturunan yang shalih.

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
                                                           Artinya : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". QS. Al Ahqaf: 15.
Perhatikan ayat.                                           
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي
                                                             Artinya: "berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku"

Syaikh As Sa'dy rahimahullah berkata :
لما دعا لنفسه بالصلاح دعا لذريته أن يصلح الله أحوالهم وذكر أن صلاحهم يعود نفعه على والديهم
                                                            Artinya: "Ketika berdoa untuk keshalihan diri sendiri, lalu ia ia berdoa untuk anak keturunannya agar Allah menshalihkan keadaan mereka, dan Allah menyebutkan bahwa keshalihan mereka manfaatnya akan kembali kepada kedua orangtua mereka." Lihat Tafsir As Sa'dy pada Al Quran surat Al Ahqaf ayat 15.

DAN SUBHANALLAH LUAR BIASA! Dua kiat ini Allah kumpulkan dalam ayat Al Quran yang mulia :                                      
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
                                                             Artinya: "Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." QS. Al Furqan:74.
Berkata Abdurrahman bin Zaid bin Aslam rahimahullah ketika menfasiri ayat :                                                            
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
                                                            "Mereka (para orangtua) yang memohon kepada Allah untuk istri dan keturunan mereka agar Allah memberikan hidayah kepada mereka dengan Islam."

Berkata Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma, Qatadah, As Suddy rahimahumallah ketika menatafsiri ayat :                                                 
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
                                                         "(Menjadi) Para imam yang diikuti dalam kebaikan".
dan ahli tafsir yang lain berkata:
"Menjadi pemberi yang diberi petunjuk dalam kebaikan dan pendakwah. Lihat Kitab Tafsir Al Quran Al Azhim Surat Al Furqan: 74.
                                                                                                                   ☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕ Barakallah fikum.                                         

✒ Ditulis oleh Al-Ustâdz Ahmad Zainuddin Abu Abdillah, Lc Hafizhahullâh.                                              -semoga Allah mengampuni dosanya dan kedua orangtuanya-
Mekkah, Selasa 14 Rajab

Sabtu, 25 November 2017

KENAPA MESTI HASAD

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hasad atau dengki adalah merasa tidak suka atau benci bila melihat seseorang diberi nikmat oleh Allah. Allah berfirman : “Am yahsuduunan naasa ‘alaa maa aataahumullah minfadhlihi”. Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. (Q.S an Nisa’ 54).

Ini adalah salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya. Penyakit ini bisa datang kapan saja dan mampu menyerang siapa saja, orang kaya atau miskin, berpangkat atau bukan, berpendidikan tinggi atau tidak.

Penyakit ini terutama sekali akan membuat diri seseorang tidak bisa memperoleh perasaan gembira dan berbahagia. Kenapa bisa begitu. Iya, karena hasad atau dengki adalah perasaan tidak suka atau perasaan benci yang selalu ada dalam diri seseorang  yang dengki bila melihat orang lain diberi nikmat oleh Allah. Seolah olah mereka memusuhi nikmat Allah yang diberikan kepada seseorang.

Abdullah bin Mas’ud berkata : Janganlah kalian memusuhi nikmat-nikmat Allah. Lalu ada yang bertanya : Siapakah yang memusuhi nikmat nikmat Allah. Beliau menjawab : Yaitu orang orang yang dengki atas nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada sebagian manusia.

Ketahuilah bahwa penyakit hasad adalah termasuk dosa besar. Dan hasad tidak akan merubah takdir sedikitpun. Bahkan hasad hanya akan merugikan pelakunya dan menambah pahala dan mengangkat derajat orang dihasadi.

Diantara keburukan sifat hasad adalah :

Pertama : Hasad adalah akhlak atau perangai kaum Yahudi.

Hasad adalah perangai Yahudi dari dahulu sampai kapan pun. Allah berfirman : “Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa hasad dalam diri mereka” setelah kebenaran jelas bagi mereka.  (Q.S al Baqarah 109). 

Kedua : Hasad adalah bentuk pengingkaran terhadap ketetapan Allah.

Sifat hasad sangatlah tercela karena merupakan bagian dari pengingkaran terhadap apa yang telah Allah tetapkan. Orang yang hasad seolah olah tidak suka terhadap kelebihan ataupun kenikmatan yang diberikan Allah kepada seseseorang. Pada hal Allah Ta’ala memberikan karunia kepada yang Dia kehendaki. Allah berfirman : “Dan bahwa karunia itu ada di tangan Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”.(Q.S al Hadiid 29).

Allah berfirman : “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya. Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu”. (Q.S al Hijr 21).

Ketiga : Hasad adalah salah tanda lemahnya iman.

Seorang yang lemah imannya bisa jatuh kepada penyakit hasad. Jika seorang saudaranya mendapat karunia atau kenikmatan maka orang yang hasad tidak merasa senang. Pada hal Rasulullah telah mengingatkan dalam sabda beliau : “Laa yu’minu ahadukum hatta yuhibbu li akhiihi maa yuhibbu li nafsihi”. Tidaklah beriman seseorang dari kalian (tidak sempurna imannya) sampai dia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang dia cintai untuk dirinya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). 

Oleh karena itu seorang hamba akan berusaha menjauhkan diri dari sifat hasad yang memang tak memang tak memiliki kebaikan sedikitpun. Rasulullah telah mengingatkan bahwa tidak ada kebaikan dalam hasad. Beliau bersabda : “Laa yazalun naasu bikhairin maa lam yatahaasaduu” Senantiasa manusia dalam kebaikan selama mereka tidak saling mendengki. (H.R Imam ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh al Albani) 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.171)

Blogger : Semua Ada Hikmah
Address : www.azwirbchaniago.blogspot.com

Kamis, 23 November 2017

Istidraj

*I S T I D R A J*

*Apa itu Istidraj ?*

*Istidraj itu adalah :*

_*Ketika Allah tetap memberikan kita :*_

*✅ 1. Harta yang berlimpah ;*

*Padahal tidak pernah bersedekah.*

*✅ 2. Rizki ber-lipat². ;*

*Padahal jarang Shalat dan terus berbuat Maksiat.*

*✅ 3. Dikagumi, dihormat,*

*Padahal Akhlak bejat.*

*✅ 4. Diikuti, diteladani dan diidolakan ;*

*Padahal mengumbar Aurat dalam berpakaian.*

*✅ 5. Sangat jarang diuji sakit ;*

*Padahal dosa² menggunung dan membukit.*

*✅ 6. Tidak pernah diberikan musibah ;*

*Padahal hidup sombong angkuh dan bedebah.*

*✅ 7. Anak² sehat², cerdas² ;*

*Padahal diberikan Makan dari Harta hasil Culas.*

*✅ 8. Hidup bahagia penuh canda tawa ;*

*Padahal banyak orang karenanya ternoda dan terluka.*

*✅ 9. Karirnya terus menanjak ;*

*Padahal banyak orang yang di-injak².*

*✅ 10. Semakin tua semakin makmur ;*

*Padahal berkubang dosa sepanjang umur.*

_*👉 Hati² karena itulah yang dinamakan ISTIDRAJ. !!!*_

*Renungan Ayat ini :*

_*👉 Maka Tatkala mereka melupakan*_

_*Peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan*_

*Semua pintu² Kesenangan untuk mereka ;*

*Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan*

*Kepada mereka, Kami siksa mereka dengan se-konyong², maka ketika itu mereka terdiam berputus asa ...”*

_(QS. Al-An’am : 44)_

*Maka jangan silau dengan kesuksesan dan kemegahan yang*

*Ditampilkan seseorang ;*

*Bisa jadi dia sedang*

*Mengalami Istidraj...*

*Dan pada saatnya nanti Allah tiba² akan mencabut semua kenikmatan itu, tanpa dia sadari.*

*👉 Sebagai orang beriman yang dikasihi Allah,* maka *Allah akan selalu menjaga kita dari segala kemaksiatan, tidak dibiarkan dalam kesesatan.*

_*👉 Jadi kalau kita sudah beramal Shaleh, namun kita masih diberi ujian/ cobaan, maka itulah tanda kasih sayang Allah pada hamba²-NYA, berupa keringanan dosa² & menuju Ampunan NYA*_

*_SEMOGA KITA SELAMAT DARI ISTIDRAJ. LAA Tahzan ☘*

JIKA BERADA DI MAJLIS GHIBAH

JIKA BERADA DI MAJLIS GHIBAH

Para ulama tidak berbeda pendapat bahwa ghibah atau membicarakan aib orang lain termasuk salah satu dosa besar. Seorang hamba tentu akan berusaha menjauhinya.

Andaikata kita kebetulan berada di tempat manusia membicarakan aib dan keburukan orang lain atau majlis ghibah maka ada dua hal yang perlu diketahui dan dilakukan :

Pertama : Ketahuilah bahwa yang ikut mendengar ghibah tidak akan selamat dari dosa ghibah, kecuali dia mengingkari dengan lisannya dan minimal dengan hatinya.

Kedua : Berusaha meninggalkan majlis tersebut. Termasuk pula yang harus diingkari dan ditinggalkan adalah acara semacam infotainment  yang menu utamanya  adalah ghibahtainment.

Imam Ibnu Mubarak berkata : Pergilah (segera menghindarlah) dari orang orang yang mengghibah sebagaimana engkau lari dari kejaran singa. 

Orang bijak berkata : Menghindarlah dari majlis ghibah sebagaimana engkau menghindar dari jilatan anjing.  

Wallahu A’lam – 21.11.17
Azwir B. Chaniago

Blogger : Semua Ada Hikmah
Address : www.azwirbchaniago.blogspot.com

Sabtu, 18 November 2017

Siapakah yang Terhalang dari Kebaikan?

Copas dari Grup KAJIAN ILMIYAH

*Siapakah orang yang benar² terhalang dari kebaikan ?*

=====

Dialah orang yg terhalang dari ketaatan kepada Allah.

Tahu kalau waktu shalat dhuha itu hingga 6 jam, tapi tidak bisa shalat meski hanya 2 rekaat, padahal hanya 5 menit untuk melakukannya.

Tahu kalau waktu shalat witir itu mulai ba'da isya' hingga subuh, bisa sampai 9 jam, tapi tidak bisa shalat witir meski hanya satu rekaat, padahal hanya 3 menit untuk melakukannya.

Tahu kalau waktu sehari semalam itu 24 jam, tapi tidak bisa membaca Qur'an, walaupun hanya 1 juz, padahal hanya membutuhkan waktu ½ jam.. bahkan meski hanya satu halaman, padahal hanya membutuhkan waktu 2 menit.

Tahu kalau lidah itu tidak bertulang dan tidak mudah lelah, tapi dia tidak gunakan berzikir kepada Allah.

Tapi, kalau untuk komen tentang orang lain, atau ustadz, atau bahkan tiang listrik, semangatnya luar biasa.. memang apa manfaatnya untuk dirinya?!

Begitulah.. kehidupan dunia ini akan terus berjalan, dan manusia akan terus lalai, kecuali mereka Allah rahmati.

Ayolah, sadarkan diri.. ingatlah waktu yg berlalu takkan pernah kembali lagi.. kita hanya punya kesempatan pada waktu yg tersisa saja dari umur kita.

Dunia ini akan kita tinggalkan.. yg terpenting adalah nasib kita di akhirat.. mari persiapkan sebaik-baiknya dg amal, semoga Allah merahmati kita semua, amin.

Silahkan dishare.. semoga bermanfaat.

Sumber :   Ustadz Musyaffa Addariny, Hafidzhahullah

Kami Bertahan Meski Sendiri

Hal terasulit untuk kulupakan adalah masa-masa dimana aku berguru kitab pada syaikh Kamal. Satu demi satu kitab kami selesaikan.  Dan yang paling berkesan adalah beliau tetap tak berkurang semangatnya meski cuma aku sendiri yang tetap bertahan.

Hari ini dapat satu kiriman d grup wa KAJIAN ILMIYAH,  sangat mengena di hatiku,  langsung saya copas aja...

***
Satu kejadiann di grup wa tempat ana ikut gabung “ngaji kitab minhaj”
Karena jadwal ustadz yg padat, di grup terkadang ustadz hanya memberi kajian seminggu sekali, sehingga satu persatau anggota grup pun pada keluar, lalu tiba2 salah satu anggota grup yg masih bertahan ada yg chat kaya gini :

Kami bertahan ustadz...
Jangan bosan memberikan kami faedah ilmunya ustadz, walau yang lain pada keluar.

Barakallahu fiikum..
Semoga Allah membalasnya.

Saya ingat sebuah kisah dari Syaikh Abdurrazzaq hafizhahullah :

Kisah seorang Murid.

“Aku mulai bersama syaikh Abdurrahman As-Sa’di pada beberapa waktu untuk membaca kitab Qawa’id Ibn Rajab. Dan akulah yang menjadi qari’ untuk syaikh Abdurrahman As-Sa’di. Dan bersamaku ada beberapa murid untuk di hari pertama dan kedua. Dan pada hari ketiga, jumlah para murid mulai sedikit dan berkurang sampai tidak ada satupun murid yang tersisa selain diriku”.

فقلت للشيخ السعدي: أرى أن الطلاب انصرفوا عن الدرس فلعلنا نتوقف عنه. صعب علي أن أقرأ عليك لوحدي وتشرح لي وآخذ كثيرا من وقتك بدون طلاب.

“Maka aku berkata kepada syaikh As-Sa’di: ‘Aku lihat para murid sudah mulai berhenti dari pelajaran. Mungkin kita berhentikan saja pelajarannya. Terasa sulit bagiku untuk menjadi qar’i bagimu dengan sendirian dan engkau menjelaskannya untukku dan aku mengambil banyak waktumu tanpa adanya murid-murid yang lain”.

Maka syaikh As-Sa’di langsung berkata:

لا, ما دام عندي ولو طالب واحد فالدرس لا ينقطع. استمر فاقرأ

“Tidak. Selama aku masih memiliki satu murid, maka pelajaran tidak akan pernah terputus. Lanjutkanlah dan baca.”

Maka sang murid pun berkata:

فاستمريت في القراءة على الشيخ. كل يوم آتيه وأقرأ عليه قواعد ابن رجب والشيخ يشرح لي حتى انتهيت من قواعد ابن رجب كاملا. وأنا لوحدي آتي وأقرأ على الشيخ وهو يشرح لي إلى أن انتهينا من الكتاب. وهو فترة طويلة.

“Maka aku melanjutkan membaca untuk syaikh. Setiap hari aku mendatanginya dan aku membaca untuk syaikh kemudian syaikh yang menjelaskannya untukku sampai aku menghabiskan kitab Qawa’id Ibn Rajab secara tuntas. Dan aku sendirian yang datang dan yang membaca untuk syaikh dan beliau yang menjelaskannya untukku sampai selesai. Dan itu adalah waktu yang lama”.

فلما انتهينا دعا لي الشيخ كثيرا. وأخرج لي تفاحة فأعطانيها. قال: خذ هذه هدية لك لأنك بقيت معي إلى أن انتهينا من الكتاب.

“Dan setelah kami menyelesaikan seluruh kitab, maka syaikh sering mendoakan untukku."

Tahukah anda siapakah sang murid tersebut ?

Ia adalah Al-'Allamah Al-Faqih Ibnu al-Utsaimin rahimahullah. . . 
Dari beliau maka muncullah ribuan penuntut ilmu. Yang tentu saja pahalanya akan mengalir kepada Syaikh As-Sadi rahimahullah, in syaa Allah..
Seandainya dahulu Syaikh As-Sadi rahimahullah berhenti mengajarkan ilmu karena murid yang datang sedikit maka tentu akan lain hasilnya.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم..
اَلْحَمْدُلِله رَبِّالْعَالَمِىْن

Sabtu, 25 Maret 2017

Doa Nabi pada Dzikir Pagi

Oleh : Azwir B. Chaniago

Diantara kebiasaan baik dari Rasulullah dan perlu kita ikuti adalah membaca dzikir pagi yang berupa pujian kepada Allah dan juga doa.   Salah satu doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah sebagai rangkaian dari dzikir pagi beliau yaitu dzikir setelah shalat shubuh adalah : “Allahhumma innias’aluka ‘ilman nafi’an wa rizqanthaiyiban wa ‘amalan mutaqabbalan” Yang Allah, aku bermohon kepada Engkauilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima. (H.R Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah, dari Ummu Salamah). 

Urutan doa ini sangatlah indah karena dimulai dengan minta ilmu yang bermanfaat karena tanpa ilmu kita tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Kemudian setelah mendapat ilmu yang bermanfaat baru meminta rizki yang baik dan untuk mengetahui dan mendapatkan rizki yang baik yaitu setelah berilmu. Selanjutnya meminta amal yang diterima. Sungguh amal bisa diterima yaitu dengan ilmu dan makan dari rizki yang baik.             

Selain itu, dari hadits yang mulia ini sangatlah banyak kita bisa mengambil pelajaran, diantaranya adalah  :

Pertama : Rasulullah mengajarkan supaya memohon ilmu yang bermanfaat.

Tentang ilmu yang bermanfaat, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam Kitab Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu yang disyarah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin memberikan beberapa indikasi, diantaranya :

(1) Ilmu yang diamalkan. Setelah mempelajari ilmu dan membenarkan yang dipelajari berdasarkan nash yang shahih maka wajiblah mengamalkannya. Jika tidak diamalkan maka bukanlah namanya ilmu yang bermanfaat. Sungguh buah ilmu adalah amal yang shalih.

(2) Tidak suka dipuji dan tidak sombong.Memang ada sebagian orang yang berilmu, apalagi kalau ilmunya pas-pasan, sering bertanya tentang pandangan orang terhadap ilmu yang dimilikinya. Apa sudah hebat atau belum. Jika orang menjawab dengan pujian maka timbul sikap ujub dan sombong. Ini membahayakan bagi diri dan ilmunya.

(3) Semakin tawadhu’ setiap kali ilmunya bertambah.  Ini juga merupakan salah satu tanda ilmu bermanfaat. Tawadhu’ adalah kelaziman orang-orang shalih danorang orang  memiliki ilmu yang mumpuni. Dia tidak serta-merta menunjukkan bahwa dialah orang yang paling ‘alim meskipun dia tidak akanmenyembunyikan ilmunya pada saat dibutuhkan orang lain.

(4) Tidak mencintai kedudukan, popularitas dan keduniaan. Janganlah dengan ilmu yang dimiliki membuat seseorang sangat berambisi untuk jadi pemimpin. Jangan pula ilmu dijadikan sarana untuk mendapatkan popularitas dan untuk mengejar keuntungan dunia yang hanya sementara.

(5) Buruk sangka kepada diri dan tidak mencela. Jiwa seseorang bisa menipunya atau memerintahkan berbuat buruk. Orang yang ilmunya bermanfaat akan berprasangka buruk kepada dirinya karena selalu merasa ilmunya masih sangat sedikit, belum seberapa dibanding orang lain. Masih sangat banyak yang belum dia ketahui. Jika kesadaran ini ada maka terhindarlah dia dari meremehkanapalagi mencela orang lain yang mungkin kurang ilmunya.

Kedua : Rasulullah mengajarkan supaya memohon   rizki yang baik.

Untuk mendapatkan rizki yang baik maka wajib bagi seorang hamba  melakukan pekerjaan ataupun melakukan usaha usaha yang halal sebagaimana dituntunkan syariat. Tidak mengambil rizki yang syubhat apalagi yang haram. Sungguh Allah telah memperingatkan agar seseorang makan dari yang halal. 

Allah Ta’ala  berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu kuluu min thaiyibaati maa razaqnaakum, wasykuruu lillahi in kuntum iyyaahu ta’buduun”. Wahai orang-orang yang beriman ! Makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S. al Baqarah  172)

Jadi, seorang hamba tidak boleh bekerja dalam bidang-bidang yang dianggap oleh Islam sebagai kemaksiatan dan akan menimbulkan kerusakan. Diantara bentuk pekerjaan yang diharamkan oleh Islam adalah membuat patung, membuat dan mengedarkan khamr, berjudi atau bekerja dalam pekerjaan yang mengandung unsur judi, riba, suap-menyuap, sihir, perdukunan, mencuri, merampok, menipu dan yang lainnya.

Ketiga : Rasulullah mengajarkan supaya bermohon agar  amalan diterima.

Ketahuilah bahwa amalan yang diterima adalah amalan yang baik sedangkan amal yang tidak baik akan tertolak bahkan bisa mendatangkan mudharat.  

Allah berfirman : “Alladzi khalaqal mauta wal hayaata liyabluwakum aiyukum ahsanu ‘amala, wa huwal ‘aziizul ghafuur”  (Dialah) Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun.  (Q.S al Mulk 2).  

     

Al Imam Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa :  Ahsanu amala, paling baik amalnya  dalam ayat ini maksudnyaadalah paling ikhlas dan paling sesuaidengan syariat. Kemudian ada yang bertanya : Apakah maksud yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat ? Lalu beliau menjawab : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syariat maka tidak diterima. Demikian pula apabila sesuai dengan syariat tetapi tidak ikhlas maka amalan itu tidak diterima, hingga amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. (Hilyah al Auliya’).

Doa ini adalah sangat baik untuk kita lazimkan dalam dzikir pagi sebagaimana diajarkan Rasulullah dan diamalkan oleh beliau serta para sahabat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.

Wallahu A’lam (685)