Pages

Labels

Senin, 25 Juni 2012

BUKAN HIPNOTIS BIASA

IKUTI INSTRUKSI SAYA...

Tarik napas dalam-dalam..

Perhatikan layar laptop Anda..

Dalam hitungan kelima Anda akan terbang ke negeri khayalan tingkat tinggi..
Satu... Dua...
Tiga... Empat...
Lima...

Bayangkan..
Saat ini Sang Malakul Maut sedang berdiri di belakang Anda, sesaat lagi ia akan memegang ubun-ubun Anda dan mencabut nyawa Anda (tutup mata dan jangan menoleh ke belakang)

Bayangkan..
Api neraka menyala-nyala di depan Anda.. Kobarannya begitu besar... besar... karena sangat besarnya, Anda tak dapat melihat puncaknya..
Panas... panas...
Di samping kiri kanan Anda ada dua malaikat yang siap melemparkan Anda ke dalamnya..

Bayangkan..
Anda saat ini-sebagaimana yang nanti akan Anda, saya dan kita semua alami-sedang berhadapan langsung dengan Allah 'azza wa jalla, Rabb semesta Alam yang Maha perkasa, Mahakuat, Maha adil, Maha Tahu tentang apa yang kamu sembunyikan dan kamu nampakkan, tidak ada penerjemah saat itu.  Anda berhadapan langsung!  Sedang di belakang Anda, Anda membawa bergunung-gunung dosa tak terhitung banyaknya..  Anda tertunduk malu di hadapan-NYA..

Bayangkan.. semua kengeriannya..
Bayangkan.. semua kedahsyatannya...
Bayangkan.. ketakutan yang menyesak hingga ke kerongkongan..

Sekarang, BANGUN! Buka mata Anda..
Satu pertanyaan terakhir dari saya,
MASIHKAH ANDA BERANI BERMAKSIAT DAN BERBUAT DOSA KEPADA ALLAH 'AZZA WA JALLA?

Bertahanlah!

Seorang bertanya pada dirinya sendiri...

"Bagaimana seorang wanita yang berusaha tegar di atas jalan agamanya mampu bertahan di tengah segerombolan orang-orang yang acuh dengan agama?"

Istiqomah di atas jalan hidayah adalah sesuatu yang sangat berat.  Mempertahankan lebih berat daripada meraih.

Minggu, 24 Juni 2012

CINTA?: Senjata setan menghilangkan kekhusyu'an

Entah mengapa, tema tentang cinta tak pernah basi dan ketinggalan zaman.  Selalu saja menarik.  Kisah 'cinta'ku... 
(penasaran kan??? nantikan kelanjutannya)

ibn_syamsuddin
Seorang mukmin adalah ia yang menggabungkan Quwwatu'l 'Ilmiyyah wa Quwwatu' 'Amaliyah; Kekuatan Ilmu dan Kekuatan Amal. 

Lihatlah kaum Yahudi, mereka diberi kekuatan ilmu namun tidak pada pada kekuatan amalan, jadilah mereka Ummatul Ghodob (Umat yang dimurkai)  

Coba arahkan lagi pandanganmu kepada kaum Nasrani, mereka diberi kekuatan amal namun tidak diberi kekuatan ilmu, maka jadilah mereka umat yang tersesat (dholaal).

"Ghoiril maghduubi 'alaihim wa ladh'dhoolliin"
Kita berlindung kepada Allah 'azza wa jalla minimal 17 kali dalam sehari agar kita tidak termasuk orang yang menyerupai Yahudi dan Nasrani.

(ibn_syamsuddin)

EGOIS

Ehm, "gue banget".  Itulah mungkin yang terlintas dalam benakmu tatkala kau membaca judul tulisan ini.

Tidak, ini hanya pengalaman pribadi.  Kadang, kita ingin dipahami namun kita lupa untuk memahami orang lain. Pada saat seperti inilah gelar 'egois' patut disematkan kepadamu.

Kadang, keegoisan bisa membuat urusan kita selesai dengan lebih cepat dan lebih mudah, meskipun dengan melukai banyak perasaan orang.  Tidak jarang, keegoisan ini bisa meretakkan bahkan menghancurleburkan ukhuwah yang sudah lama terbina.  Sifat ini juga yang bisa menyebabkan  banyak hati yang lemah dan sensitif (baca; wanita) menumpahkan air matanya, mungkin di atas kasurnya (seperti di film-film, hehe)

Egois.. oh egois... Mengapa kau begitu egois?? Hatimu bagaikan batu cadas.  Tidak! Bahkan ia bagaikan batu karang yang kokoh. Tak berperasaan.

"Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam"
Beliau adalah orang yang paling lembut dan bijaksana.  Selalu mendahulukan kepentingan kaum muslimin ketimbang kepentingan pribadinya.  Duhai, betapa jauhnya diri ini dari beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.

Semoga Allah memberi taufiq kepada kita untuk mengikuti jalannya. Amin

Sabtu, 23 Juni 2012

Cara mendeteksi mutqin tidaknya hafalan kita

1. Setelah menambah hafalan, tutup mushaf dan ulangi hafalan hingga lancar dengan mushaf berada di tangan dalam keadaan tertutup. Setelah lancar, langkah berikutnya adalah(liat poin 2)
2. Jauhkan mushaf dari pandangan dan tangan anda. Ini tentu saja memiliki efek terhadap hafalan kita. Ulangi hafalan yang tadi kita hafalkan ketika menggenggam mushaf tsb. Jika sudah lancar, maka lanjut ke poin 3
3. Ulangi hafalan anda dalam keadaan berdiri, dalam shalat, apalagi jika menjadi imam dalam shalat2 yang bacaannya di-jahr-kan. Jika sudah lancar, maka lanjut ke poin 4
4. Muraja'ah/ulangi hafalan tersebut sambil mengerjakan kegiatan lain, misalnya mencuci, menyetrika, dsb.
Jika dalam tahap ini anda lancar, sebagaimana lancarnya anda mengulang hafalan surat al fatihah, maka insyaAllah, hafalan anda itu sudah mutqin dan bisa lanjut menambah hafalan baru.

sumber: Program Klinik Qur'an Radio Makkah AM pekan lalu oleh Ustadz Saifullah Anshar, Lc. (dengan beberapa tambahan redaksi)

#Mau tips lainnya, jangan lewatkan program KLINIK QUR'AN di Radio Makkah AM 954MHz atau Suara Wahdah 107.9 FM. Setiap Rabu malam pukul 20.00 WITA

Rabu, 20 Juni 2012

Akankah ia kembali dan tetap sebagai seekor singa?

Seorang pemuda bergumam:

"Sebentar lagi Sang Singa akan keluar kandang.  Ia yang selama ini bagaikan raja, namun hanya di kandangnya.  Sesaat kemudian, ia harus belajar hidup di tengah belantara yang lebat. Disana akan sangat banyak cobaan dan bahaya yang mengintainya.  Entah, apakah ia akan kembali tetap sebagai seekor singa atau mungkin telah menjadi seekor kucing atau bahkan telah menjadi seekor tikus, entahlah... mungkin juga ia tak akan kembali lagi.."

Akhy, ini perumpamaan buat ikhwah wal akhawat yang akan berangkat KKN.  Fitnah yang terjadi di tempat KKN sangatlah sangat dan sangat besar.  Perbanyaklah berdoa kepada Dia 'Azza wa Jalla.  Dia tak akan menyiakan doamu.  Mintalah pada-Nya agar engkau diberikan  keistiqomahan di dalam menapaki hidayah ini. Dimanapun dan kapanpun. Amin

Allah yang Akan Menjaganya

Seorang pemuda yang berusaha menjaga kesuciannya yang menyimpan kekagumannya pada seorang pemudi bergumam, "Saat ini ia belum halal bagiku, tak ada alasan bagiku untuk mendekatinya.  Jika ia memang jodohku, maka Allah lah yang akan menjaganya untukku."

Wahai pemuda, kecintaanmu tidak tepat jika engkau salurkan dengan pacaran, karena pacaran bukanlah datang dari kaum muslimin...

Tahan kerinduanmu, mungkin saja ia tak lebih kecuali hanya permainan setan.  Jika saat ini engkau merindukannya, boleh jadi esok engkau sudah melupakannya.  Bisa jadi saat ini engkau mencintainya dan menaruh kekaguman mendalam padanya, namun mungkin esok ia malah menjadi orang yang kau benci.

Bersikaplah wajar wahai jiwa...

Sabtu, 16 Juni 2012

Tiada Izzah Tanpa Tauhid dan Sunnah

Tiada Izzah Tanpa Tauhid dan Sunnah

Untaian Mutiara Para Salaf tentang Tawadhu'

1. Sahabat mulia Abu Bakr as-Shiddiq رضي الله عنه berkata: "Kami mendapati kemuliaan dalam ketakwaan, kecukupan dalam keyakinan dan kehormatan dalam tawadhu'." [1]
2.    Ummul Mukminin Aisyah رضي الله عنها berkata: "Kalian telah melupakan ibadah yang paling afdhol yaitu tawadhu'." [2]
3.  Fudhail bin Iyadh رحمه الله pernah ditanya tentang tawadhu', beliau menjawab: "Tawadhu' adalah engkau tunduk terhadap kebenaran, mengamalkan dan menerimanya dari orang yang mengucapkannya. Sekalipun mendengarnya dari seorang anak kecil maka ia akan menerimanya atau walaupun mendengarnya dari manusia yang paling bodoh maka ia akan tetap menerimanya." [3]
4.    'Urwah bin Wardi رحمه الله berkata: "Tawadhu' adalah salah satu tujuan kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang hasad kecuali tawadhu'." [4]
5.  Ibrohim bin Adham رحمه الله berkata: "Tidak pantas bagi seseorang untuk merendahkan dirinya di bawah kedudukannya. Dan janganlah dia mengangkat dirinya di atas kedudukannya".[5]
Demikian indahnya sifat tawadhu'. Ya Alloh, tunjukilah kami agar bisa berhias dengan akhlak yang mulia dan jauhkanlah kami dari sifat yang tercela. Amiin. Alloh Alam


1.  lhya' Ulumuddin 3/343, al-Ghozali
2.  Az-Zuhud 2/463, Imam al-Waki'
3.  Madarij as-Salikin 2/379
4.  lhya Ulumuddin 3/343
5.  Syu’abul Iman no.7874, al-Baihaqi. Lihat pula Nadhrotuu Na'im 4/1267-1268, Min Akhbar as-Salaf hlm.247-252, Zakaria bin Ghulam al-Bakistani

TAWADHU' DAN MENGHINAKAN DIRI

Kita sering mendengar istilah tawadhu' dan menghinakan diri. Keduanya sangat berbeda. Sifat tawadhu' muncul karena atas dasar ilmu dan pengetahuannya kepada Alloh عزّوجلّ dan karena pengagungan dan kecintaan kepadaNya serta kesadaran mengintropeksi terhadap aib pribadi.
Semua hal tersebut melahirkan sifat tawadhu' dalam dirinya. Hatinya tunduk kepada Alloh سبحانه Ùˆ تعالي, patuh dan berserah diri serta mempunyai sifat kasih sayang kepada manusia. Ia melihat tidak mempunyai keutamaan atas orang lain dan ti-dak merasa benar sendiri atas orang lain. Akhlak semacam ini hanyalah pemberian Alloh عزّوجلّ kepada hamba-Nya yang dicintai dan yang dimuliakan serta dekat kepadaNya.
Adapun menghinakan diri adalah merendahkan dan menghinakan dirinya kepada orang lain untuk meraih bagian dan kelezatan syahwatnya. Seperti perendahan diri karyawan karena ingin mendapat sesuatu yang diinginkan dari atasannya, kepatuhan orang yang diajak maksiat kepada orang yang mengajaknya, atau kepatuhan orang yang ingin meraih bagian dunia kepada orang yang ia harapkan.
Semua ini adalah bentuk penghinaan diri dan bukan tawadhu'. Alloh عزّوجلّ hanya mencintai orang-orang yang tawadhu' dan membenci perendahan dan penghinaan diri.[1]
Imam Ahmad bin Abdurrahman al-Maqdisi رحمه الله mengatakan: "Sikap pertengahan adalah dengan tawadhu' tanpa merendahkan diri, dan ini adalah terpuji. Sikap tawadhu' yang terpuji adalah dengan berbuat adil, yaitu memberikan kepada setiap orang yang mempunyai kedudukan haknya." [2]


1.  Ar-Ruuh hlm.273, Ibnul Qoyyim
2.  Mukhtashor Minhajul Qoshidin hlm.298, Tahqiq: Ali Hasan Ali Abdul Hamid

Jumat, 15 Juni 2012

PEMILIK BLOG INI MEMINTA MAAF

PENGUMUMAN

BISMILLAH
ASSALAMU'ALAIKUM WA RAHMATULLAHI WA BARAKATUH
Karena ajal tak tahu kapan datangnya, maka:
Kepada semua kerabat, teman, dan siapa pun yang pernah saya dzholimi baik yang mengenal saya maupun tidak, sekali lagi saya minta maaf atas segala salah baik sengaja maupun tidak. Semoga Allah melapangkan dada kita untuk saling memaafkan. Amin

(Risaluddin al-Faqiir Ilallooh)

Teruslah Melangkah meski Berat..

Allah telah mempersilahkan kita untuk memilih satu dari dua jalan; jalan ketakwaan dan jalan keburukan (lihat QS. As Syams ayat 9).  Orang berakal yang menginginkan kebaikan buat dunia dan akhiratnya pastilah memilih jalan takwa.

Satu di antara jalan takwa tersebut adalah jalan dakwah.  Inilah jalan yang membuat banyak orang menjadi mulia.  Jalan ini tidaklah mulus, bahkan ia dipenuhi banyak rintang dan aral.  Tak sedikit yang mencoba menapakinya namun harus terjatuh di tengah jalan, bahkan ada yang mundur ke belakang.  Inilah jalan yang karenanya Nabi Nuh hampir dibinasakan oleh kaumnya, karenanya Nabi Ibrahim hampir saja terbakar dalam api yang sangat panas, karenanya Nabi Isa hampir saja dibunuh oleh tentara Romawi yang mengepungnya, dan tentu saja, karena jalan ini begitu berat, Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berkali-kali menghadapi percobaan pembunuhan terhadap diri beliau.

Hari ini, kita yang mencoba menapaki jalan ini yang kita tahu konsekuensinya adalah akan datang silih bergantinya tantangan dan cobaan, apakah sudah siap menanggung segala resikonya? Apakah kita sudah siap dengan celaan yang akan datang silih berganti itu?  Sudahkah kita jual harga diri kita di hadapan manusia(jahil) untuk kita persembahkan dalam perjuangan di jalan-Nya?

"Katakanlah, inilah jalanku, aku mengajak kepada (jalan) Allah di atas ilmu..."  Sudahkah kita berani meneriakkan kalimat ini meskipun dalam hati? Ataukah kita masih merasa sungkan?  Sungguh, saudaraku, kita saat ini berada dalam satu shaf perjuangan menegakkan kalimat Allah, kalimat Tauhid, "Wa Kalimatullaahi hiya al-'ulyaa" (dan kalimat Allah itulah yang tertinggi).

Kalimat agung, kalimat tauhid ini hanya bisa diemban oleh orang yang bermental baja, bukan bermental krupuk.  Penegakan kalimat ini menuntut pribadi yang kuat, kokoh dan tegar, bukan pribadi cengeng yang selalu memelas kepada selain-Nya.  Itu gambaran ideal, namun kita sadar, jiwa kita masih rapuh.  Sedikit terjangan fitnah terkadang sudah bisa meruntuhkan idealisme kita.  Untuk itulah ikhwah, kita butuh bergabung dalam suatu jamaah perjuangan.  Jangan bersendirian dalam mengemban amanah dakwah ini.  Sekali lagi, jangan bersendirian.  

Teladan yang agung, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada kita bahwa dengan berjamaahlah kemenangan itu akan datang.  Siapa yang menyangsikan kehebatan Rasulullah? Beliau adalah pemimpin terbaik, panglima nomor wahid, disegani lawan dan dihormati kawan, paling cerdas dan berwibawa.  Kesempurnaan sifat manusia, baik fisik dan mental berkumpul pada diri beliau shallahu 'alaihi wa sallam.  Namun, apakah dengan itu semua beliau lantas ingin bekerja sendiri dalam mengemban amanah perjuangan ini? Tidak!  Beliau butuh pendamping.  Disana ada Abu Bakar ash-Shiddiq, 'Umar, 'Utsman, 'Ali serta banyak sahabat lainnya.  Dari kalangan sahabiyah, beliau punya istri yang berjumlah sembilan orang.  Ini semua mengajarkan kepada kita akan suatu sunnah; bergabung dalam jama'ah dakwah.

Kemuliaan akan engkau dapatkan dengan berdakwah. Terus lanjutkan perjuangan ini saudaraku.  Perjuangan ini indah jika engkau ikhlas.  Semoga Allah mengumpulkan kita dalam barisan mujahidin dan semoga Dia 'azza wa jalla mengumpulkan kita bersama Sang Pejuang Sejati-Rasulullah 'alaihi ash-sholatu wa as-salaam- di jannah-Nya jalla jalaalah. Amin.

(coretan kecil di tengah malam buta dari si faqiir ilallooh)

Hidup adalah Perjuangan

Hidup adalah perjuangan.  Orang yang tidak mau berjuang sebaiknya tidak usah hidup alias mati saja...

Hidup adalah Perjuangan

Hidup adalah perjuangan.  Orang yang tidak mau berjuang sebaiknya tidak usah hidup alias mati saja...

Hidup Hina dengan Kesyirikan

Sebagian saudara kita umat islam terlalu berlebihan memuji negeri-negeri kaum kafir. Sebutlah Jepang dengan kedisiplinannya, negara-negara Eropa dengan kebersihan dan keindahannya. Selanjutnya, mereka membandingkan kondisi negeri kafir tersebut dengan kondisi negeri kaum muslimin semisal Indonesia yang tidak disiplin, jorok, kotor, ketinggalan dan sebagainya. Hinaan mereka terhadap negeri kaum muslimin jauh lebih besar ketimbang pujian mereka terhadap negeri kaum kafirin. KETAHUILAH, KOTORAN TERKOTOR adalah KOTORAN KESYIRIKAN yang bersarang dalam hati mereka para orang-orang kafir. KOTORAN ini jauh lebih kotor dibanding kotoran yang tampak dalam pandangan. KESYIRIKAN, INILAH KEHINAAN yang PALING HINA... CAMKAN ini wahai Saudaraku... agar engkau tidak terlalu berlebihan menyanjung negeri orang-orang kafir. (catatan status FB-ku tanggal 15/6/2012)
Komentar Abu Muhammad (saya sendiri) : 
STOP SYIRIK di BUMI ALLAH. Jika ingin berlaku syirik, SILAKAN cari bumi lain yang bukan bumi-nya Allah 'azza wa jalla.. (dan pasti tidak akan engkau temukan). Maka jalan satu-satunya adalah: berhenti dari kesyirikan dan kembali kepada Tauhid.
PANCANGKAN TAUHID DI BUMI ALLAH... LAA ILAAHA ILLALLAAH!

Rabu, 13 Juni 2012

Dalam Menyambut Kematian: Orang Terbagi 3, Anda dimana?

Suatu hal yang pasti diyakini oleh semua orang, baik mukmin maupun kafir.  Dialah sang maut.  Namun dengan keyakinan yang seperti itu, ternyata tidak semua manusia mempersiapkan sesuatu yang spesial untuk menyambut hari itu.  Kebanyakan manusia lalai darinya.  Dalam salah satu kaset ceramah yang pernah saya dengarkan, disebutkan ada tiga golongan manusia dalam kaitannya dengan kematian, yakni:

  1. Mereka yang lupa atau pura-pura lupa dengan kematian.  Mereka tidak senang jika kematian disebut dihadapannya.  Mereka itulah orang-orang kafir, para pengejar dunia yang tamak akan harta.  Ketika diingatkan tentang kematian kepada mereka, hal itu hanya menambah semangat mereka untuk mengumpulkan dunia.  Mereka tidak yakin akan adanya kehidupan setelah kematian.  Maka mereka menghabiskan waktunya siang dan malam untuk menikmati dunia.  Mencari, menghitung dan akhirnya mereka mati dalam gelimang dunia; menuju murka Allah. Allahul musta'an
  2. Mereka orang lalai dengan dunia namun tidak lalai dari mengingat kematian.  Namun begitu, mereka selalu ditimpa waswas karena merasa belum punya cukup bekal untuk menghadap kepada Rabb-nya. Entah sampai kapan mereka akan terus dihantui was-was.. Tapi ini lebih baik dari golongan yang pertama tadi
  3. Inilah yang terbaik.  Mereka adalah orang-orang yang menanti kematian.  Hari kematian adalah hari bahagia buat mereka.  Mereka itulah para orang shalih yang paham betul dengan hadits nabi shallallohu 'alaihi wa sallam "Dunia itu penjaranya orang beriman dan surganya orang kafir" (HR Muslim).  Kematian mereka anggap sebagai "Keluar dari penjara".  Mereka bahagia dengan kematian disebabkan karena mereka akan segera berjumpa dengan Allah azza wa jalla.  Mereka sudah sangat siap dengan kematian itu.  Mereka sudah mengumpulkan perbekalan yang banyak meskipun mereka sendiri menganggap bekal mereka masih sangat sedikit.
Akhy, contoh dari masing-masing kategori di atas sangat banyak yang bisa kita sebutkan. Jenis pertama sudah jelas.  Jenis kedua adalah kebanyakan di antara kita, kita berharap kepada Allah 'azza wa jalla agar diberi taufik untuk bisa menjadi golongan ketiga.  Adapun jenis terakhir ini adalah cerminan para salaf.  Di zaman ini, agak sulit menemukan sosok manusia jenis ketiga.

Akhy, lihatlah Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ia menangis pada detik-detik terakhir kehidupannya.  Apa yang ia tangiskan? Harta? Ia tak punya harta, ia ahlussuffah.  Saat ditanya mengapa ia menangis, ia pun berkata "Alangkah jauhnya perjalanan, alangkah sedikitnya bekal".  Subhaanallah! Teladan yang agung.  Akhy, di antara kita tidak mungkin ada yang tidak mengenal Abu Hurairah, hampir di setiap hadits-hadits yang engkau baca dan engkau dengar, namanya disebut-sebut.  Beliaulah sahabat nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang paling banyak meriwayatkan hadits.  Pahala amal jariyahnya terus mengalir hingga hari kiamat.  Namun begitu, masih pula ia mengatakan seperti yang ia katakan tadi. 

Bagaimana dengan kita akhy? Jangankan meriwayatkan hadits, menghapal sebuah hadits lengkap dengan sanadnya pun tidak.  Dengan bekal seperti inikah kita akan menghadap kepada-Nya?  Sungguh kitalah yang paling pantas mengucapkan perkataan "Alangkah jauhnya perjalanan, alangkah sedikitnya bekal".

Waffaqoniallohu wa iyyaakum 
(al faqiir ilallooh)

Nikah?

Kata ini begitu sering menjadi bahan perbincangan di antara kami, para ikhwan.  Asyik memang.  Tak ada ujungnya membicarakan hal ini.  Serasa kita akan hidup selamanya.

Namun akhy, saat kupikirkan betapa indahnya hal ini, bahagianya hati kala mendapatkan tulang rusuk yang selama ini menghilang, berbunga-bunganya hati berada di sisi sang pendamping hidup... semua bayangan keindahan ini pupus tatkala kuingat kondisi yang akan menimpaku nanti di alam kubur.  Tidak! Bahkan membayangkan kondisiku saat sakarat saja sudah membuat lamunanku akan keindahannya buyar begitu saja.  Ku takut dengan ancaman Allah 'azza wa jalla dalam surah al Anfal "Sekiranya kamu melihat pada saat malaikat mencabut nyawa orang kafir, mereka(para malaikat) memukul wajah dan punggungnya (orang kafir tersebut) dan dikatakan kepada orang kafir itu 'rasakanlah adzab yang membakar'."  

Adakah di antara kita yang menjamin dirinya kan selamat???  Hari ini engkau islam, boleh jadi besok sudah kafir. Akhy, hati kita Allah yang menguasainya.  Rajin-rajinlah engkau berdoa kepada-Nya.  Butiran-butiran air matamu kala memohon ampunan-Nya di gelapnya malam saat manusia sedang terlelap semoga bisa memadamkan api neraka yang mungkin akan membakarmu. "Yaa Rabb kami, kami telah mendzholimi diri kami sendiri dan sekiranya engkau tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi".  Ulangi doa ini akhy, dalam sholat malammu, di kesunyian malam.   Tumpahkan air matamu, getarkan arsy dengan suara jeritan hatimu mengakui dosa-dosamu selama ini.  Mintalah ampunan kepada-Nya. Dia Maha Pengampun.

Makanya akhy, makanya ukhty, jadikan pernikahan ini sebagai jembatan untuk engkau dan kita semua sampai bisa memandang Rabbunaa tabaaroka wa ta'aala.. Duhai, rindunya aku akan hari itu, namun sanggupkah ku melawan fitnah dunia yang begitu menggoda ini?

Hanya mereka yang bersabarlah yang mampu mewujudkan citanya memandang Rabb-nya subhanahu wa ta'aalaa...


Akhy, sertakan pula ana dalam doa-doa antum.  Semoga Allah mengumpulkan kita dalam surga-Nya. Amin (risal al faqiir ilalloh)

Tak Lama Lagi

Hari bahagia itu tak lama lagi sobat...

hari yang dinanti setiap orang yang rindu.. rindu bertemu dengan Rabb-nya 'azza wa jalla...

kau hanya butuh bersabar 50-70 tahun dan mungkin juga kau hanya butuh beberapa jam sejak membaca tulisan ini...

dialah AL-MAUT...

Selamat Menanti, semoga kita sudah siap saat ia datang...

Saudaraku, Saudariku, Masihkah Kau Berani Bermaksiat?

Jangan coba tuk bermaksiat, karena ajal kian dekat...

Ini kondisi-kondisi yang mungkin akan memancingmu melanggar aturan Allah:
  1. Saat engkau bersendirian menghadap ke laptop/komputer yang terhubung dengan jaringan internet, dengan sadar atau tanpa sadar, terkadang engkau menyorot gamar2 terlarang yang tampil tiba-tiba, engkau pun menikmatinya..
  2. Keadaannya serupa dengan nomor satu; engkau menekan tombol-tombol untuk membuka situs-situs yang diharamkan Allah
  3. Saat engkau memegang HP-mu, engkau SMS lawan jenismu dengan ungkapan-ungkapan yang tidak sepantasnya.  Meski hanya sekedar bertanya kabar, sudahkah ia makan, jangan lupa sholat.  Untuk tingkat lanjutan mungkin dengan kata 'sayang', 'cinta' dan untuk stadium terparah yang sudah menjerumuskan dalam kesyirikan biasanya dengan ungkapan "aku tak dapat hidup tanpamu" atau semacamnya.
  4. Saat engkau dalam WC, entah apa yang engkau perbuat dalam 'kamar setan' tersebut
Tidak lama lagi, salah satu kewajibanku sebagai mahasiswa yang kuliah di kampus umum akan segera kuselesaikan: KKN.  Aku ditempatkan di daerah yang sama sekali asing bagiku.  Gambaran-gambaran yang  disampaikan oleh orang-orang tentang daerah itu begitu membuatku khawatir. Akankah aku mampu bertahan??? Yaa Muaqollibal quluub, tsabbit qalbiy 'alaa diinika...

Ya Allah, berikanlah keteguhan kepada kami untuk tetap tsabat di jalan-MU hingga hari itu tiba, hari yang indah yang kami nantikan; bersua dengan-MU...

Senin, 11 Juni 2012

5 huruf : C I N T A

Kekeruhan hati.  Itulah yang dirasakan oleh banyak anak manusia hari ini, mungkin juga Anda, Saya dan kita semua.  Banyak hal yang bisa menjadi penyebab ketidaktenangan ini.

Sebagian anak manusia mengalami ketidaktenangan karena hawa nafsunya, sebagian lain karena masalah yang begitu banyak yang harus ia selesaikan, ada juga karena amanah yang dipikulnya.  Di sisi lain, ada yang kehilangan ketenangan karena cinta yang menggelora dalam dadanya.  Kekagumannya pada sesosok manusia yang berbeda jenis dengannya.

Cinta, memang kadang, tidak, bahkan sering membuat seseorang melepas ketenangannya.  Pikirannya selalu dibelenggu dengan bayangan orang yang ia cintai.  Segala aktivitas dan tindak tanduknya seakan ingin dipersembahkan untuk Sang Tercinta.  Sungguh tak pantas seorang muslim yang mengetahui konsekuensi tauhid mengidap penyakit cinta seperti ini.  Full Love-nya hanya boleh ia persembahkan untuk yang Maha Pengasih.  Kecintaan dan kebenciannya akan suatu hal ia dasari dengan kecintaannya kepada-NYA 'azza wa jalla.

Cinta, terkadang menyerang seorang yang bergelut dalam dunia dakwah.  Entah ia jatuh cinta dengan mad'unya karena salah mengambil langkah ataukah ia jatuh cinta dengan sesama aktivis.  Cinta adalah suatu hal yang wajar dan manusiawi.  Ia bersifat fitrah.  Hanya orang-orang yang melenceng dari fitrahnyalah yang kehilangan perasaan cintanya.  Namun begitu, islam telah memberikan rambu-rambu dalam mengolah cinta kepada lawan jenis ini.

(ibn syam: bersambung pada tulisan kedua)

Jumat, 01 Juni 2012

Memadu Cinta di Atas Kuburan

Para pembaca yang budiman, semoga Anda tidak merinding dan ketakutan saat membaca judul tulisan ini.  Isi dari tulisan ini pun tidak berisi hal-hal yang akan membuat anda takut kepada kuntilanak, genderuwo ataupun hantu-hantu lokal lainnya.  Tidak pula akan membuat Anda takut dengan hantu-hantu internasional semacam vampire, dracula, atau zombie dan sebangsanya.  Saya hanya ingin mengajak pembaca untuk mengambil ibroh dari sebuah kejadian memilukan dan memalukan yang saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri.

Melalui tulisan ini, saya ingin menyajikan kepada para pembaca tentang realitas kondisi manusia khususnya umat islam hari ini. 

Saya menyaksikan kejadian ini dengan sangat singkat, namun membuat hati saya terguncang saat menyaksikannya dan untuk beberapa waktu membuat saya merasa tidak tenang.

Begini ceritanya…

***

Kota Makassar. Malam itu, saya mengendarai motor dan membonceng ayah saya.  Kami dari arah veteran dan bergerak menuju jalan Kumala.  Sesampai di ujung jalan Veteran, kami berbelok ke arah kiri memasuki jalan Sultan Alauddin.  Cukup jauh jika mesti memutar dan melewati ujung jalan A. Tonro, maka saya pun memutuskan untuk mengambil jalan potong.

Saat melintasi jalan Alauddin, saya melihat ada lorong di sebelah kanan, maka saya pun mengarahkan motor memasuki lorong tersebut.  Saya tak tahu apa nama lorong itu, karena malam itulah pertama kali kulalui jalan itu.  Beberapa tikungan telah kami lewati namun tak juga tembus ke jalan A. Tonro.  Sudah cukup jauh rasanya.  Hingga tiba-tiba kulihat jalan di depan buntu.  Beruntung, ada seorang kakek yang sedang nongkrong di pinggir jalan yang bisa kutanyai.  “Buntu di depan Pak?”, tanyaku. “Tidak, jalan terus miki”, begitu kira-kira jawabnya.  Kulanjutkan menyusuri jalan tersebut.  Masih kuingat dengan jelas, kami belok kiri, kemudian kanan, terus… hingga kami memasuki area yang sangat gelap. Tak ada lampu disitu selain lampu motorku yang sudah mulai redup.  Kupandangi sebelah kananku, ternyata area pemakaman umum Jalan Andi Tonro.  “Alhamdulillah, sekarang kutahu sedang berada dimana, sebentar lagi akan segera tiba di jalan besar,” gumamku dalam hati.

Terus kupacu motoru.  Setelah beberapa meter, ada sebuah tembok yang membuat kami harus membelokkan motor mengikuti jalan setapak untuk bisa tembus ke Jalan Andi Tonro.  Sebentar lagi kami akan tiba.  Namun, saat kubelokkan motorku, sebuah pemandangan miris yang memilukan sekaligus memalukan kusaksikan di depan mataku, juga ayahku.

Di tengah gelapnya malam, tak ada lampu, di tengah kuburan.  Tidak, tepatnya di atas kuburan.  Ah, tak mampu rasanya kusampaikan kepada pembaca.  Tak sampai kuberpikir bahwa masih ada manusia yang berani melakukannya di tempat yang seperti  itu, di tengah pekuburan.

Para pembaca yang budiman, mungkin bagi kalian ini bukan hal mengagetkan.  Tapi bagiku ini hal yang… (tak bisa diungkapkan dengan kata-kata).  Seorang laki-laki dan seorang perempuan sedang berkencan di atas sebuah kuburan!  Sang perempuan menyandarkan kepalanya di atas paha sang lelaki.  Di sekeliling mereka ada dua lelaki lain yang juga duduk di atas kuburan yang lain seakan mereka adalah “pengawal” yang bertugas menjaga berlangsungnya kemaksiatan tersebut.

Dalam kegelapan, mereka lakukan kemaksiatan, di atas kuburan pula!  Sulit untuk berprasangka baik bahwa mereka adalah pasangan sah.  Jika iya, maka cara cara kencan mereka termasuk ekstrim.

Galau.  Itulah yang kurasakan.  Terus kupacu motorku melewati mereka seakan tak percaya dengan apa yang baru kusaksikan.  Semuanya berlalu begitu cepat.  Banyak pikiran yang berkecamuk dalam kepalaku. 

Pertama, berani-beraninya mereka bermaksiat kepada Allah di tempat yang seharusnya disana kita bisa melelehkan air mata karena mengingat kematian, mengingat kegelapan kubur dan fitnahnya.  Bahkan kita dianjurkan oleh Nabi kita untuk melembutkan hati dengan berziarah kubur agar bisa mengingat kematian.  Tapi mereka, jangankan mengingat kematian, justru di tempat itu mereka berbuat pelanggaran.  Sudah sekeras itukah hati mereka?

Kedua, saat kusaksikan mereka duduk di atas kuburan, ku teringat dengan larangan Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam untuk duduk di atas kuburan.  Nabi bersabda “Seseorang dari kalian duduk diatas bara api sehingga terbakar bajunya hingga sampai ke kulitnya lebih baik baginya dari pada duduk di atas kuburan” (HR. Muslim).  Bahkan kita pun diperintahkan untuk melepaskan alas kaki ketika akan berjalan di sela-sela kuburan.

Ketiga, yang paling kusesalkan, kenapa tak kucegah mereka?  Hanya kebencian akan perbuatan mereka yang berkecamuk dalam hati.  Tak ada tindakan yang kuambil.  Inikah selemah-lemah iman? Allahu al musta’an.

Keempat, kuberharap para da’I dan da’iyah yang membaca tulisan ini agar semakin meningkatkan agresivitasnya dalam mendakwahkan agama ini.  Apa yang mereka lakukan di atas kuburan itu adalah dampak dari jahilnya mereka dengan dien yang mulia ini.  dibutuhkan dai untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar.

Kelima, kejadian seperti itu mungkin terjadi juga di tempat lain, bahkan banyak yang lebih parah kadar pelanggarannya.  Olehnya itu, dimana dan kapanpun berada, kita yang sudah tahu sedikit tentang agama ini hendaknya tidak berlemah-lemah dalam berdakwah.  Jika saja hati mereka para pelaku maksiat itu diberikan kesempatan untuk berteriak dan meronta, tentu ia akan berteriak dan meronta sejadi-jadinya sebagai tanda ketidaksetujuan akan perilaku tuannya.  Karena hati yang lurus akan selalu cinta pada kebenaran dan benci dengan kemaksiatan.

***

Di tengah banyaknya pikiran yang menghantam otakku, ternyata aku telah sampai di rumah. (Makassar, Jumat, 11 Rajab 1433/1 Juni 2012)