Pages

Labels

Senin, 15 Mei 2023

Tebak-Tebakan Fiqh: Siapa Keturunan Bapak dan Ibu kita tapi Dia Bukan Saudara Kita?

 

Masih lanjutan faidah dari Daurah Ilmu Waris..

Pada saat menjelaskan sebab-sebab warisan, di poin 'Nasab (keturunan)', Syaikh Rasyid al Kulaib memberikan teka-teki..

"Siapakah orang yang merupakan keturunan dari Bapak dan Ibu saya, tapi bukan Saudara saya?"

Beberapa hadirin mencoba menjawab:
ada yang menjawab, "Saudara sesusuan", Syaikh langsung membantah bahwa orang ini adalah keturunan langsung bapak dan ibu kita. Saudara sesusuan bukan jawabannya.

bahkan ada yang menjawab, "Dulu bapak atau ibu pernah berzina, maka dia bukan saudara kita". Syaikhpun berulang-ulang beristiadzah.. "Naudzu billahi min dzalik".. Jawabannya pun masih salah..

Setelah itu kebanyakan hadirin bingung dan menunggu apa jawabnya. Akhirnya syaikh menunjuk salah satu hadirin yang sejak awal angkat tangan tapi belum dipersilakan, mungkin syaikh tahu kalau orang ini sudah pernah mendengar pertanyaan ini sebelumnya..

Orang ini menjawab, "Jawabannya adalah SAYA"

Dan Syaikh pun membenarkan jawabanya. Orang yang merupakan keturunan dari bapak dan ibu kita namun bukan saudara kita adalah "SAYA"..

Abu Ukkasyah, Sakan KSU, 25 Syawwal 1444H/15 Mei 2023 pukul 14.14 WAS

  

Dengan Kematian Suamiku, Aku Tak Tahu Harus Gembira atau Bersedih?!

Saat saya mengikuti daurah Ilmu Waris di Masjid Jami' Syaikh Abdullah bin Aqil, sang Pemateri Syaikh Rasyid Khalifah al Kulaib -ahli ilmu waris yang merupakan murid dari beberapa ulama besar seperti Syaikh Al Fauzan dan Syaikh Ibnul 'Utsaimin- menceritakan satu kisah unik. Kisah ini beliau sampaikan di hari pertama dari empat hari pelaksanaan daurah.


Begini kisahnya..
Kisah ini Syaikh ceritakan saat beliau menjelaskan poin Asbaabul Irts (Sebab-sebab -terjadinya- Warisan). Salah satu dari tiga sebab terjadinya warisan adalah nikah. Dan yang dimaksud nikah adalah akad nikah. Jika telah selesai akad nikah, maka sudah terjadi sebab saling mewarisi antara suami dan istri, walaupun mereka bahkan sama sekali belum bersentuhan. 

Beliau menceritakan suatu kejadian..
Ada seorang laki-laki datang ke sebuah rumah. Ia mengetuk pintu. Saat pintu terbuka, seorang bapak menyambut beliau dan menanyakan apa keperluannya. Si lelaki ini pun menyampaikan niatnya untuk menikahi anak gadis si Bapak. Si anak gadis ini sebelumnya tidak mengenal lelaki yang datang ini. Ia belum pernah melihatnya apalagi berkomunikasi dengannya.

Singkat cerita, setelah si lelaki menyampaikan latar belakangnya dan akhirnya terjadi pembicaraan antara ia dan bapak si gadis, maka si bapak ini sepakat untuk menikahkan anaknya dengan si lelaki, namun ia ingin meminta persetujuan anak gadisnya terlebih dahulu. Si bapak minta izin ke dalam menemui anaknya untuk ditanyai. Setelah ditanyakan ke si anak, ia pun setuju untuk dinikahkan dengan si lelaki tadi.

Si bapak kembali ke ruang tamu, disitu juga ada orang lain yang bisa menjadi saksi dan jumlah mereka cukup sebagai syarat sahnya nikah.

Akhirnya dilangsungkanlah akad nikah di ruang tamu. Dengan kehadiran saksi, dan mahar yang telah disiapkan oleh si lelaki tadi. Si gadis tetap di kamarnya, belum melihat si lelaki. Ia benar-benar yakin dan mempercayakan kepada bapaknya masalah pernikahannya. Ia di kamar menunggu si lelaki yang nanti telah sah menjadi suaminya, untuk datang ke kamarnya dan ia lihat untuk pertama kali.

"Aku nikahkan kamu dengan anak perempuanku" kata si Bapak. "Saya terima nikahnya" kata si lelaki. Telah terjadi akad nikah, ada mahar dan ada saksi-saksi.

Syaikh Rasyid bertanya ke hadirin, "Nikahnya apakah sudah sah?".. "Sah" kata para hadirin. Syaikh pun kembali menegaskan, "Sah. Maka telah terjadi sebab waris antara mereka karena mereka berdua telah menjadi suami istri"

Lanjut kisahnya. Setelah akad nikah selesai. Diiringi rasa bahagia mereka yang hadir disitu, apalagi si lelaki tadi yang lamarannya diterima dan langsung dinikahkan saat itu juga. Takdir Allah terjadi, saat sedang bahagia setelah akad itu, sebelum sempat si lelaki itu mendatangi kamar untuk melihat dan menyentuh istrinya, ia meninggal dunia.

Singkat cerita, lelaki ini ternyata lelaki kaya. Dan ia meninggalkan warisan 4 juta riyal (sekitar 16 miliyar rupiah). Dan setelah dihitung-hitung, istrinya yang baru ia nikahi tadi berhak dengan seperempat warisannya yaitu 1 juta riyal (sekitar 4 miliar rupiah).

Maka si istri yang belum sempat disentuh, bahkan belum sempat melihat suaminya, dengan kejadian yang begitu singkat sejak datangnya si lelaki ke rumahnya sampai ia meninggal.. lalu ia mendapatkan 1 juta riyal.. ia pun berkata, "Saya tidak tahu bagaimana perasaan saya, apakah bersedih dengan meninggalnya suami saya (yang belum pernah saya lihat) ataukah bahagia dengan mendapatkan satu juta riyal?"

Maka Syaikh mengakhiri kisahnya dengan tersenyum diikuti tawa dan senyum hadirin. Semoga bermanfaat untuk pembaca sekalian.


Abu Ukkasyah
Sakan KSU, 25 Syawwal 1444/15 Mei 2023
13.16 WAS

Selasa, 20 Desember 2022

Faidah tentang Kertas

Faidah hari ini dari Dr. Ghamidy di pelajaran Istima'

Bangsa pertama yang menggunakan kertas untuk tulis menulis adalah China. Sebelum ditemukan kertas, orang-orang menulis di lembaran-lembaran besar dari kulit atau semacamnya.

Beliau menceritakan, orang-orang dahulu jika ingin memiliki kitab karya ulama, seperti misalnya Kitab karangan Ibnu Taimiyah 2 jilid atau 4 jilid. Mereka menemui warraq/naasikh (juru tulis) dan membayar biaya jasa lalu menyuruh mereka menyalin naskah karangan Ibnu Taimiyah dalam lembaran-lembaran besar (sebelum adanya kertas). Sekitar 1 atau 2 bulan barulah naskah itu selesai ditulis dan disimpan dalam 1 peti besar dan diangkut menggunakan keledai atau kuda ke rumah si pemesan kitab tersebut. Adapun saat ini, dalam 1 flash disk, kita sudah bisa mengumpulkan banyak kitab.

Dahulu, ilmu itu sulit tapi banyak ulama terlahir. Saat ini, ilmu begitu mudah didapatkan namun ulama kurang. Ini ciri dekatny kiamat.

Faidah lanjutan dari beliau juga:
Bangsa pertama yang menggunakan kertas sebagai alat tukar juga China. Sebelumnya orang-orang menggunakan emas atau perak sebagai alat tukar.

#sakan, 10.23 was, 27 Jumadil Ula 1444H
#pulang cepat, dosen muwassah tidak masuk

Selasa, 13 Desember 2022

3 Jenis Ulama Menurut Syaikh Al Utsaimin rahimahullah

Dalam satu satu potongan ceramahnya, Syaikh Al Utsaimin rahimahullah menyebutkan tiga jenis ulama

1. Alim Daulah (Ulama 'Pemerintah')
Yaitu ulama yang fatwa-fatwanya selalu menyesuaikan dengan keinginan pemerintah. Apa yang dihalalkan oleh pemimpin maka ia fatwakan kehalalannya, apa yang pemimpin haramkan maka ia juga haramkan

2. Alim Ummah (Ulama 'Ummat')
Yaitu ulama yang selalu mengikuti keinginan orang banyak, walaupun hal itu tidak sesuai dengan apa yang ia yakini. Ulama jenis ini sama dengan yang pertama.

3. Alim Millah (Ulama 'Agama')
Ini ulama yang fatwanya tidak mengikuti kemauan pemimpin atau keinginan orang banyak. Ia berfatwa sesuai dengan apa yang ada dalam Alquran dan sunnah, ia tidak peduli apakah orang akan marah dengan fatwa itu atau tidak. Inilah jenis ulama yang sebenar benarnya ulama. Inilah alim rabbani. Maka hendaknya setiap ulama berusaha menjadi jenis ini yaitu Alim Millah.

Catatan: Ulama (العلماء) dalam bahasa arab artinya orang-orang berilmu, merupakan bentuk jamak/plural dari alim (العالم) yang berarti satu orang berilmu. Namun di Indonesia, penyebutan untuk orang berilmu adalah ulama, walaupun cuma satu orang.


#di kamar sakan, 20 jum ula 1444 21.40 was

Senin, 12 Desember 2022

Nikmat Bukan Cuma Harta

Seringkali dalam kehidupan, tatkala melihat seorang dengan mudahnya mendapatkan harta sehingga seakan hidupnya mudah dan indah, lalu kita bandingkan dengan diri kita yang begitu susahnya walau sekadar sesuap nasi.. lalu kita merasa kerdil, kecil dan tidak beruntung..

Sekali-kali tidak begitu. Jangan membatasi nikmat hanya sebatas harta.

Anda punya keluarga yang mencintai Anda, itu nikmat. Betapa banyak orang terlantar yang tak punya keluarga..

Anak istri Anda sehat, itu nikmat. Banyak orang disana yang hari-harinya diisi duka nestapa menjaga anggota keluarganya yang sakit dan tak kunjung sembuh dalam waktu yang lama..

Anda masih bisa sholat, itu nikmat.. Anda bisa baca quran itu nikmat.. Anda masih bisa puasa itu nikmat..

Jika Anda dengan kemiskinan Anda selalu menghadiri masjid lebih awal untuk sholat berjamaah, jika Anda dengan kelemahan Anda justru sering bersimpuh di hadapan Rabb Anda sambil menangis memohon rahmatNya, jika Anda dengan segala kesulitan Anda masih rutin membaca Alquran.. Demi Allah, itu nikmat sebenarnya yang jauh lebih baik untuk Anda..

Anda bandingkan diri Anda dengan orang yang berharta sementara Anda miskin.. lalu bandingkan diri Anda dengannya.. Anda mampu rutin berjamaah, membaca alquran, zikir harian, berpuasa.. dan dia yang berharta itu sulit melakukan apa yang Anda lakukan.. Demi Allah, Anda mendapatkan nikmat dari Allah yang jauh lebih baik dari apa orang itu..

Maukah Anda, Anda dimudahkan dalam urusan harta, namun bersamaan itu Anda kesulitan hadir di masjid di awal waktu? Maukah Anda, jadi orang kaya, tapi semakin sulit menemukan waktu membaca Al-Quran?

Syukuri apa yang ada, qona'ah. Terus berharap rahmat Allah. Jika suatu waktu Anda ditakdirkan mudah dalam mencari harta, jangan sekali-kali Anda menjauh dari Dzat yang telah memberikan Anda harta tersebut, Allah subhanahu wa ta'ala.

#Di kamar sakan, 6.53 WAS, Selasa pagi, 19 Jumadil Ula 1444

Kita Akan 'Pergi', Apa yang Kita Tinggalkan?

Pernah beberapa tahun lalu ada seseorang yang telah berbuat kurang pantas kepada orang lain, disebabkan ia berada pada posisi yang lebih kuat, jabatannya lebih tinggi, lebih terpandang dan lebih kaya..

Masa berlalu, tiba-tiba terdengar kabar bahwa ia meninggal secara tiba-tiba karena sebuah kecelakaan..

Terlepas dari apakah ia telah menyadari kesalahannya dan apakah ia telah meminta maaf.. dan Allah Maha Penerima Taubat...

Saya merenungi, jika pada akhirnya kita akan menjadi seonggok daging tak berdaya saat kita wafat.. lalu apa gunanya semua kecantikan, ketampanan, harta, jabatan, kehormatan yang kita usahakan? Kita mati dan tidak membawa semuanya..

Hanyalah bekal amal soleh dan jejak kebaikan yang kita toreh yang akan bermanfaat saat masa itu tiba..

Sirnalah segala kesombongan, kezoliman.. yang ada hanyalah pertanggungjawaban.. Lalu sesiap apakah kita mempertanggungjawabkan itu semua di hadapan Allah?

Mana jabatan, mana kehormatan mana kekayaan yang bahkan semenit sebelum kita wafat masih kita bangga-banggakan?

Beramallah, dan ikhlaskan hanya kepada Allah. Kalau bisa kita mati dan yang dikenang dari diri kita hanyalah kebaikan demi kebaikan, maka usahakanlah.

#di bus perjalanan pulang dari kajian Syaikh Khatslan menuju sakan, 21.24 WAS, Malam 19 Jumadil Ulla 1444

3 Perkara Tanda Cinta

قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه : ثلاث يصفين لك ود أخيك، أن تسلم عليه إذا لقيته و توسع له في المجلس، و تدعو له بأحب أسمائه إليه

Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu berkata: "3 hal yang menggambarkan cintamu kepada saudaramu: 1) Kau ucapkan salam jika bertemu dengannya, 2) Kau lapangkan untuknya ketika bermajelis, 3) Kau panggil ia dengan nama yang paling ia sukai"

Lathaiful Ma'arif hal 364, dikutip dari Ihya' Ulumiddin 3/17

#
Di Bis menuju kajian Syaikh Al Khatslan, Malam Selasa 19/5/1444 pukul 18.31 WAS