Pages

Labels

Kamis, 30 November 2017

TAK BOLEH MENCELA HUJAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

 Sungguh, ketika berbicara tentang hujan sebenarnya kita bicara tentang RAHMAT ALLAH yang diturunkan kepada makhluk-Nya di bumi,  berupa air yang mensucikan. Ini  sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya : Wa huwal ladzi arsalar riyaaha busyran baina yadai rahmatihii, wa anzalnaa minas samaa-i maa-an  thahuuraa.Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Dan kami turunkan dari langit air yang mensucikan (Q.S al Furqan 48).

Selain sebagai rahmat, Allah menjelaskan kepada kita bahwa hujan adalah salah satu tanda kebesaranAllah. Allah menjelaskan pula bahwabumi ini gersang, tandus lalu disiram hujan menjadi subur. Allah berfirman :“Dan sebagian dari tanda tanda (kebesaran) Nya. Engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan diatasnya, niscaya dia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu” (Q.S Fusilat 39).

Nah kalau hujan adalah rahmat dan tanda kekuasaan Allah maka tentu sangatlah tercela orang orang yang berani dan lancang mencela hujan bahkan sepertinya ada pula yang tak suka jika hujan sering turun. 

Perhatikanlah komentar sebagian manusia yang suka berburuk sangka kepada Allah ketika  melihat hujan mauturun. Mereka   berkomentar sesukanya, diantaranya :

Pertama : Ini bakal banjir lagi, longsor lagi, macet lagi. Padahal belum tentu terjadi.

Kedua : Kenapa sih kok hujan melulu. Kapan berhentinya.

Ketiga  : Kalau bisa jangan ada hujan hari ini. Makna dari komentar ini adalah kalau bisa jangan ada rahmat Allah hari ini. Jadi rahmat Allah (berupa hujan) ditolak.

Keempat : Alhamdulillah hari ini tidak hujan, maknanya adalah alhamdulillah hari ini tidak ada rahmat Allah. Seolah olah mereka senang kalau rahmat Allah tidak datang . Ketahuilah bahwa rahmat Allah bermakna kasih sayang Allah. 

Komentar komentar buruk ini juga akan mendatangkan murka atau adzab Allah. Bukankah mencela hujan adalah sama dengan mencela perbuatan dan ketetapan dari Dzat yang menurunkan hujan yaitu Allah Ta’ala. Akibatnya, bisa jadi Allah mengalihkan hujan dari rahmat menjadi adzab bagi manusia. 

Sangatlah penting untuk diketahui dan dipahami dengan sungguh sungguh bahwa semua adalah milik Allah Ta’ala dan tak bersekutu dengan apapun dan siapapun. Allah berfirman : “Lillahi maa fis samaawaati wal ardhi”. Milik Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. (Q.S al Baqarah 284).

Jadi karena semua milik Allah maka Dia bisa dan berhak melakukan apapun terhadap milik-Nya baik yang ada di langit, di bumi ataupun yang ada diantara keduanya. Apakah Dia akan menurunkan hujan, angin topan, mendatangkan gelombang besar, gempa bumi, tsunami dan sebagainya. Semuanya adalah hak Allah sebagai pemilik tunggal alam semesta ini. 

Oleh karena itu seorang hamba tak boleh dan sangat tidak pantas mencela apapun yang dilakukan Allah Ta’ala termasuk menurunkan hujan kapan pun dan dimana pun sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai makhluk  maka yang paling selamat adalah menerima dengan ridha apapun yang telah ditetapkan Allah terhadap alam ini termasuk diri kita sendiri. 

Namun demikian kita selalu berharap dan bermohon kiranya Allah Ta’ala memberikan yang terbaik bagi dunia dan akhirat kita.     

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.174)

Blogger  : Semua Ada Hikmah
Address : www.azwirbchaniago.blogspot.com

Senin, 27 November 2017

Dua Hal Ini Menjadikan Anak Keturunan Anda Shalih

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Bismillah walhamdulillah wash shalatu wassalamu ala rasulillah wa ala alihi wa shahbihi ajma'in.

TIDAK ADA SESUATU LEBIH BAIK YANG DAPAT MENOLONG SEORANG HAMBA MENJADIKAN ANAK KETURUNANYA SHALIH LEBIH UTAMA DARI DUA PERKARA INI :

1. Menjadikan diri sebagai orangtua yang shalih

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا
                                                                              Artinya : "Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". QS. Al Kahfi: 82.

Coba perhatikan penggalan ayat :                
وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
                                                             Artinya: "Sedangkan ayahnya (/orangtuanya) adalah seorang yang shalih.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :                                                      
فيه دليل على أن الرجل الصالح يحفظ في ذريته وتشمل بركة عبادته لهم في الدنيا والآخرة بشفاعته فيهم ورفع درجتهم إلى أعلى درجة في الجنة لتقر أعينه بهم
                                                             Artinya: "Di dalamnya terdapat dalil bahwa anak lelaki yang shalih dijaga keluarganya dan berkah ibadahnya mencakup untuk mereka di dunia dan akhirat dengan syafaatnya kepada mereka dan pengangkatan derajat mereka ke derajat yang paling tinggi di dalam surga agar sejuk hatinya dengan keadaan mereka (keturunannya)." silahkan lihat Kitab Tafsirul Quranil Azhim, surat Al Kahfi ayat 82.

2. Berdoa kepada Allah agar menjadikan untuknya keturunan yang shalih.

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
                                                           Artinya : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". QS. Al Ahqaf: 15.
Perhatikan ayat.                                           
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي
                                                             Artinya: "berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku"

Syaikh As Sa'dy rahimahullah berkata :
لما دعا لنفسه بالصلاح دعا لذريته أن يصلح الله أحوالهم وذكر أن صلاحهم يعود نفعه على والديهم
                                                            Artinya: "Ketika berdoa untuk keshalihan diri sendiri, lalu ia ia berdoa untuk anak keturunannya agar Allah menshalihkan keadaan mereka, dan Allah menyebutkan bahwa keshalihan mereka manfaatnya akan kembali kepada kedua orangtua mereka." Lihat Tafsir As Sa'dy pada Al Quran surat Al Ahqaf ayat 15.

DAN SUBHANALLAH LUAR BIASA! Dua kiat ini Allah kumpulkan dalam ayat Al Quran yang mulia :                                      
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
                                                             Artinya: "Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." QS. Al Furqan:74.
Berkata Abdurrahman bin Zaid bin Aslam rahimahullah ketika menfasiri ayat :                                                            
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
                                                            "Mereka (para orangtua) yang memohon kepada Allah untuk istri dan keturunan mereka agar Allah memberikan hidayah kepada mereka dengan Islam."

Berkata Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma, Qatadah, As Suddy rahimahumallah ketika menatafsiri ayat :                                                 
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
                                                         "(Menjadi) Para imam yang diikuti dalam kebaikan".
dan ahli tafsir yang lain berkata:
"Menjadi pemberi yang diberi petunjuk dalam kebaikan dan pendakwah. Lihat Kitab Tafsir Al Quran Al Azhim Surat Al Furqan: 74.
                                                                                                                   ☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya ☕ Barakallah fikum.                                         

✒ Ditulis oleh Al-Ustâdz Ahmad Zainuddin Abu Abdillah, Lc Hafizhahullâh.                                              -semoga Allah mengampuni dosanya dan kedua orangtuanya-
Mekkah, Selasa 14 Rajab

Sabtu, 25 November 2017

KENAPA MESTI HASAD

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hasad atau dengki adalah merasa tidak suka atau benci bila melihat seseorang diberi nikmat oleh Allah. Allah berfirman : “Am yahsuduunan naasa ‘alaa maa aataahumullah minfadhlihi”. Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. (Q.S an Nisa’ 54).

Ini adalah salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya. Penyakit ini bisa datang kapan saja dan mampu menyerang siapa saja, orang kaya atau miskin, berpangkat atau bukan, berpendidikan tinggi atau tidak.

Penyakit ini terutama sekali akan membuat diri seseorang tidak bisa memperoleh perasaan gembira dan berbahagia. Kenapa bisa begitu. Iya, karena hasad atau dengki adalah perasaan tidak suka atau perasaan benci yang selalu ada dalam diri seseorang  yang dengki bila melihat orang lain diberi nikmat oleh Allah. Seolah olah mereka memusuhi nikmat Allah yang diberikan kepada seseorang.

Abdullah bin Mas’ud berkata : Janganlah kalian memusuhi nikmat-nikmat Allah. Lalu ada yang bertanya : Siapakah yang memusuhi nikmat nikmat Allah. Beliau menjawab : Yaitu orang orang yang dengki atas nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada sebagian manusia.

Ketahuilah bahwa penyakit hasad adalah termasuk dosa besar. Dan hasad tidak akan merubah takdir sedikitpun. Bahkan hasad hanya akan merugikan pelakunya dan menambah pahala dan mengangkat derajat orang dihasadi.

Diantara keburukan sifat hasad adalah :

Pertama : Hasad adalah akhlak atau perangai kaum Yahudi.

Hasad adalah perangai Yahudi dari dahulu sampai kapan pun. Allah berfirman : “Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa hasad dalam diri mereka” setelah kebenaran jelas bagi mereka.  (Q.S al Baqarah 109). 

Kedua : Hasad adalah bentuk pengingkaran terhadap ketetapan Allah.

Sifat hasad sangatlah tercela karena merupakan bagian dari pengingkaran terhadap apa yang telah Allah tetapkan. Orang yang hasad seolah olah tidak suka terhadap kelebihan ataupun kenikmatan yang diberikan Allah kepada seseseorang. Pada hal Allah Ta’ala memberikan karunia kepada yang Dia kehendaki. Allah berfirman : “Dan bahwa karunia itu ada di tangan Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”.(Q.S al Hadiid 29).

Allah berfirman : “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya. Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu”. (Q.S al Hijr 21).

Ketiga : Hasad adalah salah tanda lemahnya iman.

Seorang yang lemah imannya bisa jatuh kepada penyakit hasad. Jika seorang saudaranya mendapat karunia atau kenikmatan maka orang yang hasad tidak merasa senang. Pada hal Rasulullah telah mengingatkan dalam sabda beliau : “Laa yu’minu ahadukum hatta yuhibbu li akhiihi maa yuhibbu li nafsihi”. Tidaklah beriman seseorang dari kalian (tidak sempurna imannya) sampai dia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang dia cintai untuk dirinya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). 

Oleh karena itu seorang hamba akan berusaha menjauhkan diri dari sifat hasad yang memang tak memang tak memiliki kebaikan sedikitpun. Rasulullah telah mengingatkan bahwa tidak ada kebaikan dalam hasad. Beliau bersabda : “Laa yazalun naasu bikhairin maa lam yatahaasaduu” Senantiasa manusia dalam kebaikan selama mereka tidak saling mendengki. (H.R Imam ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh al Albani) 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.171)

Blogger : Semua Ada Hikmah
Address : www.azwirbchaniago.blogspot.com

Kamis, 23 November 2017

Istidraj

*I S T I D R A J*

*Apa itu Istidraj ?*

*Istidraj itu adalah :*

_*Ketika Allah tetap memberikan kita :*_

*✅ 1. Harta yang berlimpah ;*

*Padahal tidak pernah bersedekah.*

*✅ 2. Rizki ber-lipat². ;*

*Padahal jarang Shalat dan terus berbuat Maksiat.*

*✅ 3. Dikagumi, dihormat,*

*Padahal Akhlak bejat.*

*✅ 4. Diikuti, diteladani dan diidolakan ;*

*Padahal mengumbar Aurat dalam berpakaian.*

*✅ 5. Sangat jarang diuji sakit ;*

*Padahal dosa² menggunung dan membukit.*

*✅ 6. Tidak pernah diberikan musibah ;*

*Padahal hidup sombong angkuh dan bedebah.*

*✅ 7. Anak² sehat², cerdas² ;*

*Padahal diberikan Makan dari Harta hasil Culas.*

*✅ 8. Hidup bahagia penuh canda tawa ;*

*Padahal banyak orang karenanya ternoda dan terluka.*

*✅ 9. Karirnya terus menanjak ;*

*Padahal banyak orang yang di-injak².*

*✅ 10. Semakin tua semakin makmur ;*

*Padahal berkubang dosa sepanjang umur.*

_*👉 Hati² karena itulah yang dinamakan ISTIDRAJ. !!!*_

*Renungan Ayat ini :*

_*👉 Maka Tatkala mereka melupakan*_

_*Peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan*_

*Semua pintu² Kesenangan untuk mereka ;*

*Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan*

*Kepada mereka, Kami siksa mereka dengan se-konyong², maka ketika itu mereka terdiam berputus asa ...”*

_(QS. Al-An’am : 44)_

*Maka jangan silau dengan kesuksesan dan kemegahan yang*

*Ditampilkan seseorang ;*

*Bisa jadi dia sedang*

*Mengalami Istidraj...*

*Dan pada saatnya nanti Allah tiba² akan mencabut semua kenikmatan itu, tanpa dia sadari.*

*👉 Sebagai orang beriman yang dikasihi Allah,* maka *Allah akan selalu menjaga kita dari segala kemaksiatan, tidak dibiarkan dalam kesesatan.*

_*👉 Jadi kalau kita sudah beramal Shaleh, namun kita masih diberi ujian/ cobaan, maka itulah tanda kasih sayang Allah pada hamba²-NYA, berupa keringanan dosa² & menuju Ampunan NYA*_

*_SEMOGA KITA SELAMAT DARI ISTIDRAJ. LAA Tahzan ☘*

JIKA BERADA DI MAJLIS GHIBAH

JIKA BERADA DI MAJLIS GHIBAH

Para ulama tidak berbeda pendapat bahwa ghibah atau membicarakan aib orang lain termasuk salah satu dosa besar. Seorang hamba tentu akan berusaha menjauhinya.

Andaikata kita kebetulan berada di tempat manusia membicarakan aib dan keburukan orang lain atau majlis ghibah maka ada dua hal yang perlu diketahui dan dilakukan :

Pertama : Ketahuilah bahwa yang ikut mendengar ghibah tidak akan selamat dari dosa ghibah, kecuali dia mengingkari dengan lisannya dan minimal dengan hatinya.

Kedua : Berusaha meninggalkan majlis tersebut. Termasuk pula yang harus diingkari dan ditinggalkan adalah acara semacam infotainment  yang menu utamanya  adalah ghibahtainment.

Imam Ibnu Mubarak berkata : Pergilah (segera menghindarlah) dari orang orang yang mengghibah sebagaimana engkau lari dari kejaran singa. 

Orang bijak berkata : Menghindarlah dari majlis ghibah sebagaimana engkau menghindar dari jilatan anjing.  

Wallahu A’lam – 21.11.17
Azwir B. Chaniago

Blogger : Semua Ada Hikmah
Address : www.azwirbchaniago.blogspot.com

Sabtu, 18 November 2017

Siapakah yang Terhalang dari Kebaikan?

Copas dari Grup KAJIAN ILMIYAH

*Siapakah orang yang benar² terhalang dari kebaikan ?*

=====

Dialah orang yg terhalang dari ketaatan kepada Allah.

Tahu kalau waktu shalat dhuha itu hingga 6 jam, tapi tidak bisa shalat meski hanya 2 rekaat, padahal hanya 5 menit untuk melakukannya.

Tahu kalau waktu shalat witir itu mulai ba'da isya' hingga subuh, bisa sampai 9 jam, tapi tidak bisa shalat witir meski hanya satu rekaat, padahal hanya 3 menit untuk melakukannya.

Tahu kalau waktu sehari semalam itu 24 jam, tapi tidak bisa membaca Qur'an, walaupun hanya 1 juz, padahal hanya membutuhkan waktu ½ jam.. bahkan meski hanya satu halaman, padahal hanya membutuhkan waktu 2 menit.

Tahu kalau lidah itu tidak bertulang dan tidak mudah lelah, tapi dia tidak gunakan berzikir kepada Allah.

Tapi, kalau untuk komen tentang orang lain, atau ustadz, atau bahkan tiang listrik, semangatnya luar biasa.. memang apa manfaatnya untuk dirinya?!

Begitulah.. kehidupan dunia ini akan terus berjalan, dan manusia akan terus lalai, kecuali mereka Allah rahmati.

Ayolah, sadarkan diri.. ingatlah waktu yg berlalu takkan pernah kembali lagi.. kita hanya punya kesempatan pada waktu yg tersisa saja dari umur kita.

Dunia ini akan kita tinggalkan.. yg terpenting adalah nasib kita di akhirat.. mari persiapkan sebaik-baiknya dg amal, semoga Allah merahmati kita semua, amin.

Silahkan dishare.. semoga bermanfaat.

Sumber :   Ustadz Musyaffa Addariny, Hafidzhahullah

Kami Bertahan Meski Sendiri

Hal terasulit untuk kulupakan adalah masa-masa dimana aku berguru kitab pada syaikh Kamal. Satu demi satu kitab kami selesaikan.  Dan yang paling berkesan adalah beliau tetap tak berkurang semangatnya meski cuma aku sendiri yang tetap bertahan.

Hari ini dapat satu kiriman d grup wa KAJIAN ILMIYAH,  sangat mengena di hatiku,  langsung saya copas aja...

***
Satu kejadiann di grup wa tempat ana ikut gabung “ngaji kitab minhaj”
Karena jadwal ustadz yg padat, di grup terkadang ustadz hanya memberi kajian seminggu sekali, sehingga satu persatau anggota grup pun pada keluar, lalu tiba2 salah satu anggota grup yg masih bertahan ada yg chat kaya gini :

Kami bertahan ustadz...
Jangan bosan memberikan kami faedah ilmunya ustadz, walau yang lain pada keluar.

Barakallahu fiikum..
Semoga Allah membalasnya.

Saya ingat sebuah kisah dari Syaikh Abdurrazzaq hafizhahullah :

Kisah seorang Murid.

“Aku mulai bersama syaikh Abdurrahman As-Sa’di pada beberapa waktu untuk membaca kitab Qawa’id Ibn Rajab. Dan akulah yang menjadi qari’ untuk syaikh Abdurrahman As-Sa’di. Dan bersamaku ada beberapa murid untuk di hari pertama dan kedua. Dan pada hari ketiga, jumlah para murid mulai sedikit dan berkurang sampai tidak ada satupun murid yang tersisa selain diriku”.

فقلت للشيخ السعدي: أرى أن الطلاب انصرفوا عن الدرس فلعلنا نتوقف عنه. صعب علي أن أقرأ عليك لوحدي وتشرح لي وآخذ كثيرا من وقتك بدون طلاب.

“Maka aku berkata kepada syaikh As-Sa’di: ‘Aku lihat para murid sudah mulai berhenti dari pelajaran. Mungkin kita berhentikan saja pelajarannya. Terasa sulit bagiku untuk menjadi qar’i bagimu dengan sendirian dan engkau menjelaskannya untukku dan aku mengambil banyak waktumu tanpa adanya murid-murid yang lain”.

Maka syaikh As-Sa’di langsung berkata:

لا, ما دام عندي ولو طالب واحد فالدرس لا ينقطع. استمر فاقرأ

“Tidak. Selama aku masih memiliki satu murid, maka pelajaran tidak akan pernah terputus. Lanjutkanlah dan baca.”

Maka sang murid pun berkata:

فاستمريت في القراءة على الشيخ. كل يوم آتيه وأقرأ عليه قواعد ابن رجب والشيخ يشرح لي حتى انتهيت من قواعد ابن رجب كاملا. وأنا لوحدي آتي وأقرأ على الشيخ وهو يشرح لي إلى أن انتهينا من الكتاب. وهو فترة طويلة.

“Maka aku melanjutkan membaca untuk syaikh. Setiap hari aku mendatanginya dan aku membaca untuk syaikh kemudian syaikh yang menjelaskannya untukku sampai aku menghabiskan kitab Qawa’id Ibn Rajab secara tuntas. Dan aku sendirian yang datang dan yang membaca untuk syaikh dan beliau yang menjelaskannya untukku sampai selesai. Dan itu adalah waktu yang lama”.

فلما انتهينا دعا لي الشيخ كثيرا. وأخرج لي تفاحة فأعطانيها. قال: خذ هذه هدية لك لأنك بقيت معي إلى أن انتهينا من الكتاب.

“Dan setelah kami menyelesaikan seluruh kitab, maka syaikh sering mendoakan untukku."

Tahukah anda siapakah sang murid tersebut ?

Ia adalah Al-'Allamah Al-Faqih Ibnu al-Utsaimin rahimahullah. . . 
Dari beliau maka muncullah ribuan penuntut ilmu. Yang tentu saja pahalanya akan mengalir kepada Syaikh As-Sadi rahimahullah, in syaa Allah..
Seandainya dahulu Syaikh As-Sadi rahimahullah berhenti mengajarkan ilmu karena murid yang datang sedikit maka tentu akan lain hasilnya.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم..
اَلْحَمْدُلِله رَبِّالْعَالَمِىْن