Pages

Labels

Minggu, 30 September 2012

Kekuatan dahsyat di balik kelemahan

Pernahkah kita merasa dalam posisi paling lemah?  Atau kita lelah mengurusi sesuatu hingga kita berputus asa untuk bisa menyelesaikannya? Saat itu seakan tak ada harapan lagi kita akan berhasil.  Akhirnya kita pun memutuskan untuk berhenti dan beralih ke pekerjaan lain atau bahkan termenung merenungi nasib?

Seorang pencari kerja misalnya.  Berbekal ijazah yang ia tenteng ke mana-mana, berharap ada perusahaan yang mau menerimanya.  Namun hingga beberapa waktu berlalu ia belum juga mendapatkannya apa yang ia harapkan.  Bisa jadi ia berhenti dan pasrah dengan gelar ‘pengangguran’.

Contoh lain, mahasiswa semester akhir dengan satu mata kuliahnya yang belum juga ia lulusi padahal sudah ia programkan beberapa kali.  Boleh jadi ia berputus asa dari gelar sarjana.  Dan banyak contoh lain, pembaca pun mungkin pernah merasakan kondisi berat seperti itu.

Jangan berputus asa!  Manfaatkan kondisi lemah, terpuruk dan tak ada harapan sebagai satu kekuatan dahsyat yang bisa mengubah kondisi 180 derajat.  Bagaimana mungkin?! Pembaca, mari kita cermati ayat yang Allah sampaikan di dalam al-Qur’an sebagai berikut:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الْضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً -٦٧-

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia Menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).
(Al-Isra’ ayat 67)

Perhatikan ayat di atas, saat mereka dalam kondisi terdesak dan tidak ada harapan lagi, tak ada lagi yang diharapkan bisa menyelamatkan mereka dari ganasnya lautan, mereka akhirnya hanya menyeru kepada Allah dan Allah pun menyelamatkan mereka, padahal mereka adalah orang musyrik.  Saat mereka selamat mereka kembali berlaku syirik dan berpaling dari Allah yang telah menyelamatkan mereka.

Perhatikan, ternyata kunci agar kita mampu mendapatkan apa yang kita harapkan adalah dengan menyeru, berdoa dan menyatakan ketundukan hanya kepada Allah.  Saudaraku, jika saja orang musyrik diselamatkan oleh Allah saat mereka hanya menyeru kepada Allah dan meninggalkan berhala-berhala mereka, apatah lagi dengan kita yang selalu berupaya menghindari kesyirikan?

Inilah yang kadang terlupakan, menyerahkan diri kepada Allah.  Sering, kita hanya mengandalkan kekuatan, tenaga dan pikiran kita sendiri dalam menyelesaikan satu urusan.  Padahal, kita sering mengucapkan laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaahi (tak ada daya dan upaya melainkan dengan kekuatan Allah). Aplikasinya mana??

Benarlah doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Yaa hayyu yaa qoyyuum, bi rahmatika astaghytsuw ashlihliy sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘aiyn
(Wahai yang Mahahidup, Maha Terjaga, dengan rahmatMu aku memohon keselamatan.  Perbaikilah seluruh urusanku, janganlah engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata pun)
(HR. Hakim, dinyatakan shahih oleh beliau dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)

Andai kita diserahi urusan untuk mengurusi diri kita sendiri, maka pasti kita tidak akan mampu.  Allah yang Maha Mengurusi makhluknya.

Saudaraku, belum terlambat, kita belum gagal, mari kita kembali menyerahkan segala urusan kita, dunia dan akhirat, besar maupun kecil, hanya kepada Allah ‘azza wa jalla, sang Pemilik dan Pencipta.  Mari kita berkomitmen mulai detik ini untuk menjadikan Allah satu-satunya sandaran sebelum, saat dan setelah kita melakukan aktifitas.  Dengannya, aktifitas kita akan diberkahi dan dimudahkan olehNYA.  

Tidakkah engkau tahu bahwa Allah Mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.
 (TQS. Al Hajj: 70)

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ -١- اللَّهُ الصَّمَدُ -٢-
“Katakanlah <Muhammad>, ‘Dialah Allah yang MahaEsa. Allah tempat bergantung segala sesuatu’
(QS. Al Ikhlash ayat 1-2)

Sandarkan urusanmu kepada Dzat yang Mahakuat, maka engkau akan kuat.  Kekuatan dahsyat itu akan muncul saat engkau berada dalam posisi terlemah dan mengakui kelemahan itu di hadapan-NYA.

(AMR; Barombong, Malam Ahad yang dingin, 14 Dzulqo’dah 1433/29 September 2012 ;23.55.52 WITA)

0 komentar:

Posting Komentar