Pernahkah kita merasa dalam posisi paling lemah? Atau kita lelah mengurusi sesuatu hingga kita
berputus asa untuk bisa menyelesaikannya? Saat itu seakan tak ada harapan lagi
kita akan berhasil. Akhirnya kita pun
memutuskan untuk berhenti dan beralih ke pekerjaan lain atau bahkan termenung
merenungi nasib?
Seorang pencari kerja misalnya. Berbekal ijazah yang ia tenteng ke mana-mana,
berharap ada perusahaan yang mau menerimanya.
Namun hingga beberapa waktu berlalu ia belum juga mendapatkannya apa
yang ia harapkan. Bisa jadi ia berhenti
dan pasrah dengan gelar ‘pengangguran’.
Contoh lain, mahasiswa semester akhir dengan satu mata
kuliahnya yang belum juga ia lulusi padahal sudah ia programkan beberapa kali. Boleh jadi ia berputus asa dari gelar
sarjana. Dan banyak contoh lain, pembaca
pun mungkin pernah merasakan kondisi berat seperti itu.
Jangan berputus asa!
Manfaatkan kondisi lemah, terpuruk dan tak ada harapan sebagai satu
kekuatan dahsyat yang bisa mengubah kondisi 180 derajat. Bagaimana mungkin?! Pembaca, mari kita
cermati ayat yang Allah sampaikan di dalam al-Qur’an sebagai berikut:
وَإِذَا مَسَّكُمُ
الْضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ
إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً -٦٧-
“Dan apabila kamu
ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru, kecuali
Dia. Tetapi ketika Dia Menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling
(dari-Nya). Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).
(Al-Isra’ ayat 67)
Perhatikan ayat di atas, saat mereka dalam kondisi terdesak
dan tidak ada harapan lagi, tak ada lagi yang diharapkan bisa menyelamatkan
mereka dari ganasnya lautan, mereka akhirnya hanya menyeru kepada Allah dan
Allah pun menyelamatkan mereka, padahal mereka adalah orang musyrik. Saat mereka selamat mereka kembali berlaku
syirik dan berpaling dari Allah yang telah menyelamatkan mereka.
Perhatikan, ternyata kunci agar kita mampu mendapatkan apa
yang kita harapkan adalah dengan menyeru, berdoa dan menyatakan ketundukan
hanya kepada Allah. Saudaraku, jika saja
orang musyrik diselamatkan oleh Allah saat mereka hanya menyeru kepada Allah
dan meninggalkan berhala-berhala mereka, apatah lagi dengan kita yang selalu
berupaya menghindari kesyirikan?
Inilah yang kadang terlupakan, menyerahkan diri kepada
Allah. Sering, kita hanya mengandalkan
kekuatan, tenaga dan pikiran kita sendiri dalam menyelesaikan satu urusan. Padahal, kita sering mengucapkan laa hawlaa
wa laa quwwata illaa billaahi (tak ada daya dan upaya melainkan dengan
kekuatan Allah). Aplikasinya mana??
Benarlah doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
Yaa hayyu yaa qoyyuum, bi rahmatika astaghytsuw ashlihliy
sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘aiyn
(Wahai yang
Mahahidup, Maha Terjaga, dengan rahmatMu aku memohon keselamatan. Perbaikilah seluruh urusanku, janganlah
engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata pun)
(HR. Hakim,
dinyatakan shahih oleh beliau dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)
Andai kita diserahi urusan untuk mengurusi diri kita
sendiri, maka pasti kita tidak akan mampu.
Allah yang Maha Mengurusi makhluknya.
Saudaraku, belum terlambat, kita belum gagal, mari kita
kembali menyerahkan segala urusan kita, dunia dan akhirat, besar maupun kecil,
hanya kepada Allah ‘azza wa jalla, sang Pemilik dan Pencipta. Mari kita berkomitmen mulai detik ini untuk
menjadikan Allah satu-satunya sandaran sebelum, saat dan setelah kita melakukan
aktifitas. Dengannya, aktifitas kita
akan diberkahi dan dimudahkan olehNYA.
Tidakkah engkau
tahu bahwa Allah Mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang
demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya
yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.
(TQS. Al Hajj: 70)
قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ -١- اللَّهُ الصَّمَدُ -٢-
“Katakanlah <Muhammad>, ‘Dialah
Allah yang MahaEsa. Allah tempat bergantung segala sesuatu’”
(QS. Al Ikhlash ayat 1-2)
Sandarkan
urusanmu kepada Dzat yang Mahakuat, maka engkau akan kuat. Kekuatan dahsyat itu akan muncul saat engkau
berada dalam posisi terlemah dan mengakui kelemahan itu di hadapan-NYA.
(AMR;
Barombong, Malam Ahad yang dingin, 14 Dzulqo’dah 1433/29 September 2012
;23.55.52 WITA)
0 komentar:
Posting Komentar