Pages

Labels

Selasa, 24 Desember 2013

“Selamat Natal”; Bukan Sekadar Kata-Kata

Pembaca yang budiman, beberapa hari lagi kalender akan menunjukkan tanggal 25 Desember 2012.  Dalam kalender, angka ini ditandai dengan warna merah.  Orang-orang mengistilahkannya ‘tanggal merah’.  Sekedar tanggal merah bukan masalah, namun jika ‘merah’nya menodai akidah, itu yang berbahaya.
25 Desember diperingati sebagai hari natal oleh orang-orang nasrani(kristen).  Orang-orang nasrani menganggap tanggal ini sebagai hari kelahiran Isa (Yesus).  Mereka menjadikan hari ini sebagai hari raya yang mereka bergembira dan mengajak orang-orang untuk ikut bergembira bersama mereka di hari itu, termasuk kaum muslimin.  Sebagian kaum muslimin -yang jahil tentang agamanya- pun latah dan turut serta merayakan hari tersebut dan meluapkan kegembiraannya.  “Demi menjunjung toleransi”, kata mereka.

Sejatinya, perayaan natal -menurut anggapan mereka- adalah perayaan atas kelahiran ‘tuhan’ mereka.  Sehingga  jika ada orang islam yang turut bergembira apalagi sampai ikut merayakan hari natal maka sama saja ia telah setuju bahwa Yesus adalah tuhan.  Padahal, sebagai umat islam, kita meyakini bahwa hanya Allah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, tidak yang lain, tidak malaikat, tidak nabi, tidak budha, tidak pula Yesus.
FENOMENA MEMPRIHATINKAN
Hal yang sangat memilukan saat TV sebagai ‘kiblat’ informasi di zaman modern  ini telah menggiring opini publik, khususnya umat islam untuk menggap sepele masalah seperti halnya mengucapkan ‘selamat natal’.
Kita lihat, pada tanggal 25 Desember hampir tidak ada stasiun TV yang tidak diisi dengan acara yang bernuansa natal.  Mulai dari yang hanya menampilkan pernak-perniknya semacam kostum sinterklas, pohon natal, lonceng hingga yang terang-terangan membuat acara besar dalam rangka merayakannya.  Mulai dari acara gosip(baca; ghibah) murahan hingga program berita.  Kalau sudah begini kondisinya, pastilah sekedar mengucap ‘selamat natal’   dianggap sesuatu yang biasa. 
Jika kita perhatikan lebih lanjut, siapa kru-kru TV tersebut, siapa presenternya, siapa tokoh yang ditampikan yang turut berpartisipasi memsosialisasikan syiar kekufuran(baca; natal) ini?  Ya, sebagian mereka adalah kaum muslimin, umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.  Namun  tipisnya aqidah dan dangkalnya  ilmu membuat mereka mengira bahwa hal itu adalah suatu hal yang biasa-biasa saja.
ANDA BERTANYA, ULAMA MENJAWAB
Mungkin muncul dalam benak pembaca, apa salahnya mengucapkan “Selamat Natal”?  Tak perlu kami menjawabnya, karena pertanyaan seperti ini juga telah ditanyakan beratus-ratus kali kepada beratus-ratus ulama.  Para ulama sepakat akan haramnya mengucapkan ‘selamat’ kepada hari raya orang kafir (non-muslim). 
Di antara yang akan kami nukilkan untuk menjawab pertanyaan ini adalah pernyataan salah seorang Imam kaum muslimin Ibnul Qayyim Rahimahullah (wafat 751 H) dalam kitabnya  Ahkam Ahli Adz-Dzimmah:
Dan adapun memberikan ucapan selamat untuk syiar-syiar kekufuran yang bersifat khusus maka ia adalah haram secara ijma`, seperti mengucapkan selamat untuk hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan: "Hari raya yang diberkahi untuk anda.” Maka yang seperti ini kalaupun orang yang mengucapkan selamat dari kekufuran maka perbuatan itu termasuk yang diharamkan
Lanjut beliau, “Dan itu sama saja dengan memberikan selamat untuk sujudnya mereka kepada salib. Bahkan itu lebih besar dosanya dan lebih dimurkai oleh Allah daripada memberikan selamat atas perbuatannya meminum khamar, membunuh, melakukan zina dan yang semacamnya. Dan banyak orang yang tidak memiliki penghormatan terhadap Ad-dien(agama) terjatuh dalam hal itu dan ia tidak mengetahui apa yang telah ia lakukan.”

Sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnul Qoyyim, maka telah jelaslah bagi kita haramnya mengucapkan selamat pada hari raya orang kafir.  Jika kita mengucapkannya maka sama saja kita turut mengakui keberadaan tuhan-tuhan mereka.
Tak terkecuali dengan agama nasrani.  Jika kita ucapkan ‘selamat natal’ kepada mereka maka sama saja kita mengatakan ‘selamat atas kelahiran Yesus, tuhan kalian’.  Apakah kita umat islam mengakui ketuhanan Yesus?  Tentu tidak. 
UCAPAN YANG BERBAHAYA
Hanya Allah lah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.  Dia sangat tidak senang jika dipersekutukan.  Dialah Dzat yang Maha Menciptakan yang tidak butuh sekutu sama sekali.  Allah mengancam tidak akan mengampuni dosa orang-orang yang menyekutukannya jika ia mati dan belum sempat bertobat.  Allah ‘azza wa jalla berfirman;
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً -٤٨-
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia Mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia Kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An-Nisa: 48)
Dari ayat di atas, ada hal penting lain yang perlu kita pahami yakni bahwa mengucapkan ‘selamat natal’ (yang berarti pengakuan akan ketuhanan Yesus)  ini lebih besar dosanya ketimbang kita mengucapkan, misalnya “Selamat, Anda telah berhasil mencuri” atau “Selamat atas perzinaan yang Anda lakukan” atau “Selamat atas terbunuhnya si Fulan di tangan Anda”. 
Mengapa?  Karena syirik (menyekutukan Allah) lebih besar dosanya ketimbang mencuri, zina ataupun membunuh.
INI PRINSIPKU
Beberapa waktu lalu ketika membuka sebuah situs di internet, kami menemukan  sebuah petikan dialog yang cukup menarik antara seorang muslim yang punya prinsip dengan seorang non-muslim yang merayakan hari  rayanya.
Non-muslim   :  Mengapa Anda tak mengucapkan ‘selamat’ kepadaku di hari rayaku ini?
Muslim             :  Maaf, dalam agamaku tidak diperbolehkan mengucapkan ‘Selamat’ atas hari raya orang non-muslim. Dan inilah prinsip yang ku pegang.
Non-muslim   : Kan hanya sekedar kata-kata. Apa sulitnya kau ucapkan?
Muslim             :  Maukah kau ucapkan kalimat “Asyhadu an-laa ilaaha illallaah wa anna muhammadan rasulullaah?”
Non-muslim   :  Tidak
Muslim             :  Mengapa? Kan Cuma sekedar kata-kata?
Non-muslim   : Ehm, sekarang aku paham.
MAKAR ORANG KAFIR
Saudaraku, orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah senang kepada kita hingga kita mengikuti millah mereka.  Allah ‘azza wa jalla berfirman :
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Artinya: Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.(QS.Al-Baqaroh:120)
Millah dalam ayat di atas bukan hanya berarti agama, bisa juga berarti gaya hidup, pola pikir atau tingkah laku.  Artinya, jika kita sudah mengikuti gaya hidup, pola pikir dan tingkah laku mereka (Yahudi dan Nashrani) maka tanpa berganti KTP pun kita telah membuat mereka senang.
Mereka akan menempuh segala cara agar kita mengikuti ‘millah’ mereka.  Mulai dari cara halus hingga yang ekstrim dan blak-blakan.   Mungkin awalnya kita hanya sekedar mengucapkan ‘selamat natal’ tanpa meyakini Yesus sebagai tuhan, namun jika hal ini terus menerus kita lakukan boleh jadi suatu saat nanti kita pun akan mengakui bahwa Yesus adalah tuhan, secara sadar atau tidak.
Demikianlah langkah syaithon dalam menjerumuskan manusia ke dalam neraka, pelan dan sangat halus.  Kebanyakan manusia masuk dalam jebakannya kecuali yang diberi Taufik oleh Allah ‘azza wa jalla.
ISA ADALAH HAMBA DAN UTUSAN ALLAH, BUKAN ANAK ALLAH
Sebagai penutup, penulis kembali menegaskan kepada kita semua bahwa Allah adalah satunya-satunya Tuhan  yang patut untuk disembah, ia tidak beranak dan diperanakkan dan bahwa ‘Isa bin Maryam alaihimassalam adalah hamba dan utusan Allah.
Dia (‘Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia Memberiku Kitab (Injil) dan Dia Menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia Menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia Memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka” (QS. Maryam 30-32)
“(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan” (QS. Al Ikhlas:3)
PEGIAT GASBIT
(GERAKAN ANTI SYIRIK, BID’AH DAN KHURAFAT)

Makassar, 3 Safar 1434H/16 Desember 2012

0 komentar:

Posting Komentar