Pages

Labels

Sabtu, 17 November 2012

“Sunni itu ahlussunnah, ya kita-kita ini!”

Perkembangan syiah yang kian hari kian melesat sangat perlu untuk diwaspadai.  Syiah, mirip buah kedondong, luarnya halus dalamnya kasar.   Di setiap daerah ahlussunnah (baca; islam) yang berkembang syiah di dalamnya, pasti akan kacau. Yakinlah!  Syiah begitu berbahaya. 

Waspadai Media pro-Syiah!

Mereka memicu kerusuhan di daerah-daerah basis ahlussunnah, misalnya saja di Suriah, Yaman dan Mesir.  Media-media yang kita baca maupun tonton berasumsi bahwa kerusuhan-kerusuhan tersebut akibat adanya instabilitas politik.  Sekali-kali tidak!  Itu konflik agama! Syiah yang ‘kerjaannya’ mencela sahabat-sahabat Nabi itu telah memicu semangat pembelaan di dalam dada kaum muslimin yang masih punya ghirah(kecemburuan) terhadap agamanya.  Kaum muslimin tidak rela jika para sahabat dicaci maki.  Mereka para sahabat yang telah direkomendasikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya dilecehkan dan dihina dengan penghinaan yang sangat rendah oleh setan-setan tersebut(baca; syiah tersebut).  Allah telah merekomendasikan para Sahabat radhiallohu ‘anhum ajma’in sebagaimana firman-Nya:

Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah Menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung” (QS.At Taubah : 100)

Sayang, banyak kaum muslimin yang terkecoh dan mempercayai media-media tersebut yang notabene dimiliki oleh orang liberal (meskipun ngakunya muslim) bahkan orang kafir yang benci islam.  Pemilik media yang sudah dari sononya benci kepada islam tentu akan memberitakan hal-hal yang tidak berpihak kepada islam.  Jadilah islam diidentikkan sebagai agama yang melanggar HAM, agama teroris dan sejuta anggapan lain yang tidak tepat disematkan pada islam dan kaum muslimin.  Anggapan bahwa syiah merupakan salah satu madzhab dalam islam, pun disebarluaskan melalui media-media ini. Akhirnya, banyak kaum muslimin yang terprovokasi dan ikut-ikutan menganggap syiah ini adalah bagian dari Islam padahal islam yang mulia ini berlepas diri dari syiah.

Sebenarnya, syiah itu apa?

Apa itu syiah?  Jika ada yang bertanya padamu tentang apa itu syiah, tak perlu kau jawab dengan panjang lebar, cukup jawab saja bahwa syiah adalah agamanya orang-orang yang suka mencela sahabat nabi, titik.  Jika yang bertanya adalah seorang muslim yang masih lurus fitrahnya dan masih sehat akalnya tentu akan muncul rasa jengkel dan benci di dalam dadanya terhadap agama syiah ini.  Ia  pun akan mulai berhati-hati  dengan syiah ini serta mengajak keluarganya untuk berhati-hati.  Begitulah jawaban kita kepada orang awam jika ada yang bertanya.

Saya terkenang saat awal-awal saya mendengar kata “syiah”.  Saat itu saya berada pada kelas tiga SMA.  Suatu kali, guru agama saya mengamanahkan kepada kelompok saya untuk mempresentasikan perkembangan islam di Rusia.  Untuk melengkapi referensi, saya pun surfing di internet untuk mencari tahu tentang perkembangan islam di Rusia, ternyata hanya sedikit informasi yang bisa saya dapatkan.   Di antara yang sedikit itu, ada pernyataan bahwa penduduk muslim di rusia mayoritas sunni dan sebagian kecilnya syiah.  Sunni dan syiah, dua kata yang asing bagi saya.  Akhirnya, pada malam hari sebelum saya tampil untuk membawakan materi diskusi, saya mencoba menelepon salah seorang guru fisika di sekolah saya yang saya kenal bahwa beliau aktif di lembaga keislaman.  Tujuan utama saya menelpon adalah untuk menanyakan apa itu sunni dan syiah.  Jujur, saat ini saya sudah lupa apa yang beliau ucapkan malam itu melalui telepon tentang sunni dan syiah namun ada kata kunci yang teringat dengan jelas dalam kepalaku hingga hari ini yakni, “sunni itu ahlussunnah, ya kita-kita ini”.

Saat diskusi esok harinya, saya pun membawakan materi, saat menyinggung tentang sunni dan syiah saya hanya mengucapkan seperti apa yang disampaikan oleh guru saya tadi, “sunni itu ahlussunnah, ya kita-kita ini”.  Beruntung, hingga akhir diskusi tidak ada yang bertanya lebih jauh tentang apa itu sunni dan syiah, jika ada, pastilah saya tak dapat menjawabnya atau mungkin menjawab asbun (asal bunyi) bin sota (sok tahu).

Ringkas, namun kata-kata itu terngiang hingga kini.  Kupegang erat kata-kata tersebut.  Saat kaki ini menginjak dunia kampus yang di dalamnya berseliweran banyak pemahaman islam mulai dari yang lurus, bersih dan masih berpegang dengan qur’an dan sunnah sesuai pemahaman sahabat sampai yang sesat dan menyesatkan, semuanya ada di dunia kampus.  Istilah ‘syiah’ dan ‘sunni’ semakin sering kudengarkan di kampus.  Pengetahuanku tentang syiah ini memang masih belum bertambah, tapi kata-kata dari guruku tadi selalu kupegang, bahwa kita ini sunni.  Alhamdulillah, Allah masih menjagaku hari ini sebagai seorang Ahlussunnah dan insya Allah inilah yang akan kuyakini sampai mati.

Pelajaran Lain

Apa yang bisa kita kita ambil dari kisah di atas? 

Pertama, apa yang pertama kali disampaikan kepada kita itulah yang paling membekas dalam ingatan kita dan itulah yang menjadi doktrin dalam diri kita.  Jawaban sang guru, “sunni itu ahlussunnah, ya kita-kita ini” menjadi doktrin tersendiri dalam jiwa saya. 

Coba bayangkan, andaikan saat itu, guru saya tersebut menjawab “syiah itu ya kita-kita ini”.  Mungkin saya akan menjadi seorang syi’i (pengikut syiah) atau paling tidak, menjadi orang yang mendiamkan syiah dengan semua pencelaan yang mereka lakukan kepada sahabat.  Mengapa? Karena yang paling pertama tertanam dalam kepala saya adalah bahwa syiah itu tidak berbahaya sehingga tidak ada yang perlu diwaspadai dari syiah ini, toh guru yang saya pandang baik itu orang syiah juga.  Na’udzu billaahi min dzalik.

Kedua, pentingnya kita menyampaikan kepada masyarakat akan bahaya syiah ini (yang selalu menjelek-jelekkan para sahabat nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam) agar masyarakat kita tidak ikut-ikutan latah membela mereka akibat ‘hasutan’ media yang keliru dalam memberitakan.
Sebagai wasiat, waspadalah Anda terhadap syiah, sampaikan kepada saudara, keluarga, sahabat, kenalan Anda serta kaum muslimin akan bahaya syiah yang selalu menjelek-jelekkan sahabat nabi.  Semoga Allah menetapkan hati kita di atas kebenaran. Amin.

Makassar, 4 Muharram 1434/18-11-2013
AMR

0 komentar:

Posting Komentar