Pages

Labels

Kamis, 11 September 2014

Istiqomah dalam Menanti Kematian


Oleh: Abu Muhammad

Kematian, sebuah hal yang sering menghantui kita semua, termasuk saya.  Kematian akan menghancurkan bangunan-bangunan impian yang telah dan sedang kita usahakan.  Lalu apa?  Kita akan dimasukkan ke dalam lubang berukuran sempit, bernama kuburan.



Kematian, sangat efektif menghancurkan semua kengkuhan dan keserakahan.  Kematian, mampu menghentikan paksa semua bentuk kedurhakaan kepada-Nya yang Mahalembut kepada hamba-hambaNya.




Mungkin ada rasa ngeri dan belum siap menghadapi kematian.  Salah satu alasannya adalah menggunungnya dosa.  Belum ada jaminan  bagi kita bahwa dosa kita telah diampuni.  Pun, kita minta ampun seringkali setengah hati –tanpa diiringi tangisan penyesalan.  Begitu juga yang saya rasakan.  Tapi, apakah akan terus menerus dalam perasaan tidak siap?  Sementara kemtian akan dating, entah kita siap atau tidak.



Sejak dini, kita harus sudah bersiap-siap menghadapi kematian.  Harus banyak mengingat kematian, seperti pesan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)”. 



Istiqomahlah



Hidup dalam keistiqomahan memang berat.  Mungkin –sering- kita berhasil meninggalkan sebuah kebiasaan buruk atau rutin melakukan suatu ibadah beberapa waktu lamanya.  Tapi itu bukan jaminan bahwa kita sudah istiqomah.  Boleh jadi –bahkan sering baru beberapa hari- kita sudah merasa istiqomah- ternyata justru hari itu kita kembali future.  Memang berat.  Kita harus bersabar.  Sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menjauhi kemaksiatan.



Semakin sulit lagi, jika kita telah dikuasai setan akibat gelapnya hati karena keseringan bermaksiat.  Setan akan mudah menyetir kita.  Semua keinginan setan dituruti, dan ini artinya semakin banyak kemaksiatan kita lakukan.  Na’udzu billahi min dzalik



Apakah kita siap menghadap Allah?  Sementara maksiat-maksiat dan dosa-dosa kita sudah begitu menggunung?  Jujur, kita (saya) belum siap.  Tapi, apakah malaikat mau menunggu sampai kita siap?  Tidak!  Jika demikian kenyataannya, tiada jalan lain, kita harus mulai bersiap.



Meski dosa begitu menumpuk, janganlah putus asa.  Tetaplah berprasangkan baik kepada Allah, sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sabdakan, “Innii ‘alaa dzhonni ‘abdiy” (Sesungguhnya Aku bergantung pada persangkaan hambaku).  Kini, saya berharap dan berprasangka baik bahwa Allah al-ghofuururrohiim akan mengampuni segala dosa-dosaku.  Dan kita harus berprasangka baik bahwa Allah akan member taufik kepada kita untuk meninggalkan dosa-dosa dan kebiasaan buruk kita serta menjadikan kita cinta untuk bertaqorrub kepada-Nya.



Ketahuilah, hidup di jalan Allah lebih sulit daripada mati di jalan Allah.  Wahai diri, tetaplah istiqomah.

Allahummaghfirly wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shogiiro..

Allahumma inni as’aluka khusnul khotimah wa a’uudzu bika min su’il khotimah..



Abu Muhammad (Risaluddin) @ Masjid Hijaz Depok, 15 Dzulqo’dah 1435/10-9-2014, 11.07 pm

0 komentar:

Posting Komentar